Krjogja.com - SLEMAN - Sebanyak 30 mahasiswa Teknik Sipil Universitas Janabadra (UJB) Yogyakarta bersama tiga dosen pembimbing melakukan kunjungan lapangan ke proyek pembangunan Tol Solo-Yogya Seksi II Paket 2.2 yang dikerjakan PT Adhi Karya (Persero) Tbk, belum lama ini. Kegiatan yang berlangsung di kawasan Ringroad Utara, tepatnya di sekitar Rumah Sakit Akademik UGM, ini menghadirkan pengalaman langsung tentang penerapan teknologi konstruksi inovatif Sosrobahu.
Dekan Fakultas Teknik UJB, Fatsyahrina Fitriastuti SSi MT, menjelaskan bahwa kunjungan tersebut menjadi kesempatan penting bagi mahasiswa untuk melihat bagaimana teori yang dipelajari di kelas, seperti mekanika, beton bertulang, dan teknik konstruksi, diterapkan secara nyata di lapangan. “Sebagai calon ahli teknik sipil, mahasiswa tidak hanya harus memahami teori, tetapi juga menyaksikan langsung proses teknologi konstruksi agar memiliki wawasan yang lebih komprehensif,” ujarnya, Kamis (2/10/2025).
Sosrobahu, yang ditemukan oleh Ir Tjokorda Raka Sukawati pada 1988, menjadi sorotan utama kunjungan ini. Teknologi tersebut memungkinkan pemutaran pier head jembatan atau jalan layang hingga 90 derajat tanpa mengganggu lalu lintas di bawahnya. Prinsip kerjanya menggunakan tekanan hidrolik yang menciptakan bantalan oli tipis, sehingga pier head dapat diputar dengan mudah dan presisi. Teknologi karya anak bangsa ini telah diakui secara internasional serta terbukti efektif di kota besar dengan lalu lintas padat, seperti Jakarta.
Dalam kegiatan itu, mahasiswa menyaksikan langsung tahapan penting pemutaran pier head, mulai dari persiapan instalasi sistem hidrolik, pemberian tekanan oli sampai pier head melayang, pemutaran perlahan hingga posisi 90 derajat, sampai penguncian kembali struktur. Menyaksikan proses tersebut secara langsung memberikan pemahaman lebih mendalam dibandingkan sekadar belajar melalui literatur atau video pembelajaran.
Kegiatan lapangan ini juga diharapkan menumbuhkan apresiasi mahasiswa terhadap karya anak bangsa di bidang teknik sipil. Sosrobahu bukan hanya efisien, tetapi juga ramah lingkungan karena mampu mengurangi kemacetan serta dampak sosial selama pembangunan jalan layang. “Mahasiswa bisa belajar langsung bagaimana teknologi asli Indonesia memberi solusi bagi permasalahan infrastruktur,” tambah Fatsyahrina.
Meski proses pemutaran pier head berlangsung malam hari, semangat mahasiswa tidak surut. Mereka tetap antusias mengikuti setiap tahapan sekaligus penjelasan teknis dari pihak pelaksana proyek. Bagi mahasiswa, pengalaman ini menjadi bekal berharga untuk menghubungkan teori dengan praktik lapangan, sekaligus inspirasi untuk terus berinovasi di bidang teknik sipil. (Dev)