KRJOGJA.com - Yogya - Pemuda Kampung Dipowinatan Kota Yogyakarta menjadi salah satu kelompok yang terus berupaya untuk melestarikan budaya dan kesenian lokal.
Menariknya, budaya dan kesenian lokal yang mereka jaga dibawa ke ranah bisnis. Alih-alih berwirausaha kekinian seperti membuka coffee shop layaknya anak muda lainnya, pemuda Kampung Dipowinatan justru membuka jasa bregada rakyat.
Bregada rakyat tersebut dinamai Prajurit Jogja 2 atau PJ2, merupakan paguyuban pegiat seni keprajuritan yang diinisiasi Eras Yudhanto.
Baca Juga: Van Gastel Waspadai Permainan Defensif Persik, Ini Prediksi Susunan Pemain PSIM
Eras mengungkapkan bahwa bisnis yang ia tekuni ini telah berjalan sejak 2015. Inspirasi datang dari ayahnya yang menjadi anggota bregada rakyat di Kampung Wisata Dipowinatan.
“Saya sering lihat bapak ikut kirab di kampung, ada rasa suka dan ingin melestarikan. Kemudian saya ingin memperdalam lagi tentang kebudayaan Jawa di seni keprajuritan, kemudian mendirikan sendiri sama teman anak-anak muda di luar Kampung Wisata Dipowinatan tetapi basecampnya tetap di Dipowinatan,” terang Eras.
Nama Prajurit Jogja 2 sendiri terinspirasi langsung dari nama seni prajurit di Kraton Ngayogyakarta. Eras menganggap bahwa yang asli prajurit berasal dari Kraton Ngayogyakarta, sementara prajurit-prajurit yang marak saat ini adalah sebuah bentuk kreativitas dari prajurit asli.
Baca Juga: Per 30 September, Laba Bersih Bank Danamon Tumbuh 11 Persen
Eras menyebut nama tersebut merupakan sebuah representasi dari perkumpulan anak muda yang menggemari seni keprajuritan Kraton Ngayogyakarta.
“Setelah mendirikan ini, saya mengumumkan ke teman-teman luar daerah seperti Gunungkidul, Bantul, Kulon Progi, Sleman. Semua dikumpulkan dan jadi wadah dinamai PJ2, soalnya prajurit asli kan Kraton Yogyakarta. Kalau PJ2 ini untuk mempermudah orang mengingat, khususnya orang dari luar Jogja kalau PJ2 ini punya saya,” ucapnya.
Meski berkiblat pada seni keprajuritan Kraton Ngayogyakarta, PJ2 tetap berkreasi sendiri mulai dari musik hingga kostum yang dikenakan setiap tampil.
Baca Juga: Manchester United Siapkan Tawaran Rp1 Triliun demi Conor Gallagher
“Untuk memainkan alat musik kita otodidak, kebetulan ada teman-teman juga dari Kraton, belajar juga dari temen. Musiknya masih musik klasik, kiblatnya tetap Kraton pakai suling, tambur, terompet, tetapi beberapa dikreasikan sendiri,” kata Eras.