Krjogja.com - YOGYA - Kenaikan harga telur yang terjadi dalam beberapa minggu terakhir sempat dikeluhkan oleh beberapa anggota masyarakat. Karena dampak dari kenaikan harga telur yang tergolong signifikan tidak hanya berdampak pada meningkatnya biaya pengeluaran, tapi dikhawatirkan bisa memicu terjadinya inflasi meski sifatnya hanya sesaat. Untuk mengatasi hal itu, pemerintah perlu menyiapkan strategi khusus supaya harga telur di pasaran kembali stabil.
"Harga telur yang mengalami kenaikan sejak beberapa minggu terakhir dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu faktor produksi dan proses distribusi.? Kenaikan harga pokok produksi telur berupa pakan pabrikan yang relatif tinggi sementara pemerintah tidak melakukan intervensi (tidak memberikan subsidi) pada para peternak ayam petelur. Akhirnya produsen menyesuaikan dengan kenaikan harga produksi tersebut,"kata pengamat ekonomi sekaligus dosen Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY), Widarta MM di Yogyakarta, ?Senin (22/5).
Widarta mengatakan, ?selain beberapa hal di atas, adanya bantuan pemerintah untuk penanganan stunting secara tidak langsung juga berdampak pada kenaikan harga telur. Karena seperti yang diketahui bersama pemerintah telah menguncurkan bantuan kepada masyarakat atau keluarga kurang mampu sebanyak 1,4 juta keluarga risiko stunting (KRS). Adapun bentuk bantuan itu berupa bahan makanan dan salah satunya adalah telur 1 pak, yang akan berlangsung sampai bulan Juni 2023. Kondisi itu sedikit banyak telah menyedot persediaan telur di masyarakat. Apalagi dengan adanya tradisi masyarakat, bahwa pada bulan syawal bagi besar orang Jawa adalah bulan bagus untuk hajatan (nikahan) otomatis permintaan mengalami kenaikan.
"Kalau ditanya soal dampak kenaikan harga telur terhadap inflasi," saya kira ini adalah sifatnya sesaat saja. Biasanya setelah bulan syawal berakhir, berangsur-angsur harga telur akan turun dan akan kembali normal. Artinya tidak berefek pada inflasi," ungkapnya.
Menurut Widarta, pemerintah tampaknya perlu intervensi dengan kestabilan. Salah satunya perlunya menekan harga pakan pabrikan sehingga gairah peternak akan naik dan berefek pada produksi secara nasional. Dengan begitu penawaran meningkat seimbang dengan permintaan masyarakat pasca lebaran. (Ria)