Krjogja.com - YOGYA - Tingkat hunian hotel atau okupansi baik bintang maupun non bintang di DIY rata-rata mencapai di kisaran 85 persen pada Februari 2023 ini. Tingginya okupansi perhotelan di DIY tersebut mengindikasikan kondisi kembali normal pasca pandemi Covid-19.
Namun, larisnya kamar hotel di DIY tersebut acapkali justru membuat wisatawan kesulitan mencari akomodasi yang masih tersedia.
Hal ini membuat Ketua BPD Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY Deddy Pranowo Eryono memberikan saran agar wisatawan lebih mudah mendapatkan kamar hotel saat berlibur ke DIY nantinya.
[crosslink_1]
Sarannya antara lain wisatawan tidak memilih hotel bintang yang ada di wilayah DIY, khususnya Kota Yogyakarta dan Sleman, lalu manfaatkan homestay atau guesthouse dan mencari informasi sebelum liburan ke DIY.
“Okupansi rata-rata perhotelan di DIY secara umum telah mencapai 85 persen pada Februari 2023 yang notabene merupakan low season. Tingkat hunian hotel yang berada di Kota Yogyakarta dan Sleman justru sudah mencapai 100 persen saat ini. Meski tingkat hunian tinggi, wisatawan jangan khawatir kehabisan kamar karena masih tersedia kamar selama tidak memilih hotel di Kota Yogyakarta dan Sleman,” tuturnya di Yogyakarta, Jumat (23/2/2023).
Deddy menyampaikan masih banyak pilihan hotel baik bintang maupun non bintang di luar kedua wilayah tersebut di Bantul. Banyak hotel-hotel baru bermunculan di ketiga kabupaten tersebut yang bisa digunakan sebagai akomodasi wisatawan yang bertandang ke DIY.
Keberadaan hotel-hotel baru ini pun juga didukung dengan kemudahan transportasi sehingga wisatawan tidak perlu khawatir.
“Wisatawan yang datang, terutama group kecil bisa memanfaatkan keberadaan homestay dan guesthouse yang banyak tersebar di DIY saat ini. Fasilitas yang disediakan homestay umumnya sudah memadai sehingga bisa membuat wisatawan tetap betah meski dengan harga lebih hemat. Ada pula pilihan akomodasi di desa-desa wisata yang tidak kalah menarik bagi wisatawan,” tandasnya.
General Manager Hotel Ruba Grha Yogyakarta ini menyatakan tingginya tingkat hunian perhotelan ini tidak lain juga disupport banyaknya event-event MICE yang digelar di DIY antara lain ASEAN Tourism Forum (ATF) 2023, Rakernas PHRI dan sebagainya. Dengan demikian DIY bisa dikatakan barometer pariwisata di Tanah Air maupun ASEAN.
“Berbagai event-event berskala besar banyak digelar di DIY. Ini yang banyak membantu kami meningkatkan okupansi perhotelan. Guyub serengan para pelaku industri pariwisata maupun dengan Pemda setempat menjadi kunci pulihnya tingkat hunian hotel yang sempat terjun di angka 40 persen pada saat pandemi,” imbuh Deddy.
Prospek okupansi perhotelan di DIY pada 2023 yang dibayangi resesi global, disampaikan Deddy, pihaknya masih tetap optimis tingkat hunian hotel masih tetap akan bertubuh. Karena reservasi hotel di DIY rata-rata sudah mencapai 40 persen sampai Desember 2023, termasuk di bulan puasa yang sudah mencapai 20 persen.
“Sekali lagi, saya meyakini sinergitas pelaku pariwisata dan pemda di DIY inilah yang bisa membangkitkan industri pariwisata,” ujarnya. (Ira)