YOGYA, KRJOGJA.com - Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY memfasilitasi Tim Pengembangan Kethoprak (TPK) DIY menyelenggarakan Workshop Pengembangan Kethoprak selama tiga hari. Workshop setiap harinya berlangsung sehari penuh di Museum Sonobudoyo Yogyakarta, Rabu-Jumat (18-20/5).
Peserta workshop sekitar 50 orang sebagian besar berusia muda. Sebagai narasumber Widayat, Bambang Paningron dan Johanna Diah.
"Pengembangan kethoprak memang lebih diperuntukkan bagi generasi muda, dengan tidak meninggalkan tokoh senior dunia kethoprak, agar regenerasi berjalan mulus," jelas Kepala Seksi Bahasa dan Sastra Dinas Kebudayaan DIY Setya Amrih Prasaja SS.
Seksi Bahasa dan Sastra sebetulnya kepada ranah naskahnya, tetapi daripada hanya sekadar mengumpulkan naskah, lebih baik ada uji naskah untuk pementasan. Workshop yang diselenggarakan berkaitan dengan uji naskah tersebut.
Setya Amrih Prasaja berharap TPK bisa merangkul semua pihak dalam mencari indentitas kethoprak Mataram.
Kepala Seksi Bahasa dan Sastra itu memberi contoh dunia film di India dan Korea, yang tidak meninggalkan kearifan lokal. Dalam pengamatan Setya Amrih Prasaja, ada drama Korea klasik yang tanpa harus disebutkan, sudah bisa menunjukkan pakaian tertentu merupakan pakaian kalangan tertentu. Film India juga dikenal dengan nyanyian dan tarian.
Sebetulnya kethoprak juga punya. Ada nyanyi dan tari, busana tertentu dipakai oleh kalangan tertentu. Juga berharap bisa menampilkan cerita dari sisi yang lain. Ada cerita yang terkenal seperti misalnya Ki Ageng Giring, Rara Jonggrang dan Ki Ageng Mangir.
Peserta workshop selama tiga hari melakukan praktek bagaimana memainkan kethoprak improvisasi tampil tanpa naskah, kemudian kethoprak dengan naskah, bagaimana berimprovisasi ketika lawan main lupa teks pada naskah, atau dirinya sendiri yang lupa naskahnya. Semua peserta workshop juga mendapat kesempatan mencicipi menjadi aktor dan aktris kethoprak. (War)