YOGYA, KRJOGJA.com - Venzha Christ seniman kontemporer yang juga Direktur Indonesia Space Science Society (ISSS) dan Erix Soekamti yang tergabung dalam Komunitas Space Art Yogyakarta bakal membangun proyek simulasi analog Mars bernama v.u.f.o.c Mars Analog Research Station atau VMARS mulai tahun ini di Kulonprogo Yogyakarta.
Proyek ini jelas tidak main-main, meski tertunda selama 2 tahun gegara pandemi VMARS ditargetkan akan menjadi simbol Indonesia dalam Eksplorasi Planet Mars.
Hampir semua negara besar di dunia saat ini mengambil peran yang sangat aktif untuk memberikan ruang pada ekslorasi ruang angkasa serta perkembanhan industri antariksa mereka. Alokasi dana dan pembangunan sektor antariksa sudah sedemikian maju.
Space Agency dan beberapa negara yang sudah menjadikan Mars sebagai proyek utama mereka yaitu Amerika (NASA), Uni Emirat Arab (UAESA), Rusia (ROSCOSMOS), India (ISRO), Uni Eropa ESA), Jepang (JAXA), Cina (CNSA), dan akan menyusul yang lainnya.
"Kami sedang menyiapkan kembali proyek VMARS dan memulai pembangunannya di akhir tahun 2022," kata Venzha, pegiat Komunitas Space Art Yogyakarta dalam siaran tertulisnya belum lama ini. "Nanti proyek simulasi pertamanya mulai pertengahan 2023."
Negara-negara tersebut menurut Venzha, sedang berpacu untuk mencapai Mars dengan Rusia dan Amerika yang sudah memimpin terlebih dahulu pada era 60an dengan berhasil melintasi atau bahkan telah mendaratkan peralatannya di Mars ini. Space Agency swasta sebut saja SpaceX, Mitsubishi, Lockheed Martin, Boeing, Blue Origin, dll.
Lantas bagaimana dengan Indonesia? Peran apa yang bisa kita ambil dalam arena perlombaan sains antariksa dengan materi dan kekayaan yang kita miliki dengan berlimpah di negara ini?
VMARS merupakan wahana misi pelatihan hidup di planet Mars. Rencananya wahana tersebut akan dibangun di kawasan pegunungan Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta. Dengan proyek ini, masyarakat dan wisatawan kelak bisa belajar lebih dekat bagaimana sebenarnya pola hidup di planet Mars yang masih menjadi misteri.
"Kami menargetkan VMARS menjadi pusat sekaligus simbol Indonesia dalam ranah eksplorasi planet Mars secara global. Wahana simulasi hidup di Mars yang dibangun di Yogyakarta bakal menjadi yang pertama di Asia Tenggara, menyusul wahana serupa di beberapa negara lain," terangnya.
Wahana simulasi hidup di Mars ada di HI-SEAS di Mauna Loa - Hawaii yang dibangun oleh NASA, MDRS di Utah oleh Mars Society, MARS-500 di IBMP Moskow hasil kolaborasi Rusia, ESA, dan Cina. Ada pula wahana simulasi serupa di D-Mars di Ramon Crater oleh Israel, F-MARS di Pulau Devon, Kutub Utara oleh Mars Society, Concordia Station di Antartika, dan Kutub Selatan oleh Perancis dan Italia (ESA).
Venzha Christ menambahkan, bahwa secara teknologi dan proses kolaborasi, VMARS merupakan satu-satunya program eksplorasi ruang angkasa yang pembangunan dan pengelolaannya dilakukan dan dijalankan secara bersama-sama oleh berbagai komunitas interdisipliner.
VMARS juga memiliki program sosialisasi dan publikasi untuk pra-produksi, sebut saja padatnya jadwal pameran dan presentasi yang digelar di berbagai negara, yaitu setelah pada tahun 2020 dan 2021 dipresentasikan di Jepang (Yokohama Trienalle) dan Thailand (Bangkok Art Biennale), saat ini pada bulan Maret sampai Juni 2022, VMARS sedang dipresentasikan di Korea (UNESCO Media Arts Creative City Platform). Dilanjutkan pada bulan Juli 2022 di Taiwan, dan pada akhir tahun di Prancis.
Saat ini Pameran dan Presentasi VMARS dipamerkan dalam pameran Internasional berskala besar di Gwangju, Korea bertajuk : "Digital Resonance" yang diikuti oleh 22 karya dari 21 tim seniman/komunitas dari seluruh dunia, seperti Lawrence Wreck, Baron Lantenne, Mark Lee, Rafael Lozano-Hammer, Park Sang Hwa, Akihiko Taniguchi, Doo-Young Kwon, Sasa Spacal, dan Andreas Schegel. Pameran ini dilaksanakan di sebuah bangunan baru bernama GMAP - Gwangju Media Art Platform. Bangunan megah dan futuristik ini dibangun karena Gwangju terpilih sebagai "UNESCO Media Arts Creative City" dan Pameran "Digital Resonance" ini adalah kegiatan pertama GMAP yang diselenggarakan oleh Urban Art Lab Seoul dan Easywith.
VMARS merupakan satu-satunya karya yang berasal dari Indonesia dan diharapkan bisa membuka peluang untuk mengajak kolaborator dari berbagai negara serta turut bekerja sama dalam pengembangan teknologi interdisipliner di ranah Space Science dan Space Exploration di Indonesia. Pameran ini dikuratori oleh Seungah Lee dan Jyeong Yeon Kim, sebagai kurator yang khusus berkecimpung dalam ranah seni media baru dan teknologi.