yogyakarta

Pandemi, 60 Persen Penerbit Buku Rontok

Minggu, 13 Februari 2022 | 17:10 WIB
Pelantikan Pengurus Ikapi DIY 2021-2026. (Istimewa)

YOGYA, KRJOGJA.com - Selama dua tahun pandemi di era internet memukul industri penerbitan. Sekitar 60 persen penerbit di DIY rontok, sisanya melakukan inovasi dengan penerbitan E-Book dan menjadikan prioritas. Disamping permasalahan pembajakan buku dan penurunan penjualan buku di masa pandemi.

"Kita harus bisa mengikuti perkembangan teknologi dengan menerbitkan e-book. Penerbit kami sendiri sudah mulai menerbitkan rata-rata 100 an judul E-Book per bulan," tutur Wakil Ketua Pengurus Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) DIY 2021-2026 Sasongko Iswandaru dari Penerbit Pohon Cahaya Semesta kepada KRJogja.com, Sabtu (12/2/2022) di Crystal Lotus Hotel usai Pelantikan Pengurus Ikapi DIY 2021-2026 dengan Ketua Wawan Arif Rahmat (Relasi Inti Media) dilantik bersama 20-an jajaran pengurus.

Pelantikan oleh Sekretaris Jenderal PP Ikapi, Nurkholis Ridwan mewakili Ketua Umum Ikapi Pusat Arys Hilman Nugroho "Saat ini komposisi penerbitan 60 persen E-book dan 40 persen cetakan, yang akan mencapai puncaknya 2-3 tahun ke depan. Namun dari tren ini kita yakin nanti akan menurun dan suatu saat akan kembali ke kertas (cetak) lagi. Seperti di negara-negara Eropa sekarang sudah akan meninggalkan E-Book kembali buku cetakan lagi. Tetapi di Indonesia E-Book tren nya masih naik, belum mencapai tingkat jenuh," jelasnya.

Lebih lanjut Nurkholis Ridwan menyebutkan penjualan buku menurun drastis. "Dari riset internal Ikapi lebih dari 58 persen penerbit penjualannya menurun hingga 50 persen. Kemudian 29 persen penjualannya anjlok antara 30-50 persen dan sisanya hanya turun sekira 10-30 persen," jelasnya

Kemudian di 2020 kemarin, ada 71,4 persen penerbit tidak lagi menerima pemesanan buku dari Dinas Pendidikan dan Perpustakaan Daerah. Ada 26 persen yang masih menerima tetapi menurun. "Padahal Indonesia merupakan pasar buku yang besar dengan angka melek huruf di Indonesia mencapai 98 persen," jelasnya.

Sedangkan Wawan Arif Rahmat, menyebutkan tingkat literasi di Indonesia masih rendah berdampak pada minat baca. "Sejumlah usulan disampaikan ke pemerintah agar industri perbukuan membaik kedepannya. Diantaranya dengan membuka kembali kran pembelian buku oleh pemerintah serta pengadaan untuk perpustakaan dan taman bacaan," ujarnya. (Vin)

Tags

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB