YOGYA, KRJOGJA.com - Pemkot Yogya merasa optimis kasus stunting atau kekerdilan pada bayi mampu dituntaskan hingga nol persen. Dengan catatan, penanganannya dilakukan sinergis antar organisasi perangkat daerah (OPD) maupun keterlibatan masyarakat dan swasta.
Wakil Walikota Yogya Heroe Poerwadi, mengaku kasus stunting di Yogya saat ini sebenarnya sudah jauh di bawah target nasional yakni mencapai 11,3 persen. Sedangkan nasional menargetkan hingga tahun 2024 mendatang bisa ditekan sampai 14 persen.
"Kita tidak melihat jumlah. Tapi kesadaran kita semua berapapun yang stunting itu harus kita selesaikan. Meski hanya satu kasus saja namun bisa mempengaruhi perkembangan fisik, psikis hingga kecerdasan di masa mendatang," urainya di sela gradiation program 1.000 Pelangi Goes To Community di Balaikota, Senin (20/12/2021).
Program 1.000 Pelangi Goes To Community merupakan kerja sama PT Sarihusada Danone yang bermitra dengan Human Initiative sebagai pendamping. Keterlibatan pihak korporasi dalam program tanggung jawab sosial perusahaan tersebut diharapkan mampu menekan kasus stunting secara komprehensif.
Menurut Heroe, penyebab utama stunting ialah kurangnya asupan gizi yang diterima oleh bayi. Hal tersebut bukan akibat kurang makan melainkan variasi menu makanan. Sehingga masyarakat dari ekonomi mapan pun bisa melahirkan bayi stunting manakala kurang pemahaman terkait asupan gizi.
Sementara Managing Director Jogja Factory PT Sarihusada Arif Sosiawan, menjelaskan 1.000 Pelangi Goes To Community pertama kali diluncurkan pada 10 Desember 2020 lalu. Terdapat tiga kelurahan di Umbulharjo yang menjadi sasaran pendampingan yakni Pandeyan, Semaki dan Warungboto. Total ada 102 penerima manfaat yang terdiri dari 60 ibu dengan bayi dua tahun dan 42 ibu hamil.
"Stunting tanggung jawab bersama dan kami akan terus ikut berperan," tandasnya.
Beberapa program yang digulirkan ditujukan untuk peningkatan kesadaran masyarakat terkait asupan gizi. Di antaranya melalui berbagai workshop, pemantauan status gizi bayi, kunjungan ke rumah, konseling hingga pengadaan alat panjang badan dan berat badan di 33 posyandu. Hasilnya selama satu tahun ini mampu meningkatkan cakupan ASI eksklusif hingga 7 persen serta praktik pemberian makanan bergizi hingga 13 persen.(Dhi)