YOGYA, KRJOGJA.com - Yayasan Sagasitas Indonesia (Sagasitas) melalui program Intel Prakarsa Muda berhasil memperkenalkan AI kepada siswa/i SMA, SMK - MA di DIY dan menghasilkan 21 purwarupa solusi AI yang dipamerkan pada acara Jogja AI Summit, Jumat (10/12/2021). Muncul karya-karya menarik yang bisa menangkap persoalan sehari-hari untuk memudahkan kehidupan masyarakat Indonesia.
Beberapa di antaranya cukup menarik seperti Urgent Vehicle Sensor yang dikreasikan Nur Aziz (SMKN 2 Depok), Devan Cahya (SMAN 2), Nastiti Dyah (SMKN3 Yogya) dan Harun (SMAN 1). Para siswa itu mengkreasikan alat sensor untuk mengatasi persoalan kemacetan yang kadang membuat kendaraan-kendaraan prioritas menjadi terhambat.
“Penerapannya dipasang kamera di persimpangan atau tempat-tempat yang berpotensi macet. Ketika ada ambulans atau mobil damkar, akan ada pemberitahuan lewat speaker dan sirine suara di titik macet. Jadi bisa dapat jalan untuk lewat. Ini masih prototype namun sangat mungkin kita tempatkan di lokasi yang diinginkan,†ungkapnya pada wartawan di sela pameran di Hotel Tara.
Karya menarik lainnya dibuat oleh Syaikhah Hanifah (SMAN 1), Estetika Nusantara Yutardo (SMA PL) dan Nabila Salima Ala (SMAN 1 Sedayu). Ketiganya membuat Physical Distancing and Mask Detector yang diharapkan bisa mengurai persoalan keramaian di masa pandemi.
“Kami gabungkan teknologi Computer Vision dan Convolution Neural Network sebagai alat detektor jaga jarak dan penggunaan masker. Cara kerjanya mudah, input video dari kamera, deteksi jarak antar orang, deteksi pemakaian masker dan output di perangkat. Jadi bisa diterapkan di resto atau ruang publik yang mengisyaratkan jumlah maksimal orang,†ungkap Estetika.
Intel Prakarsa Muda sendiri merupakan bentuk dukungan dan inisiatif dari Intel yang dilaksanakan oleh Sustainable Living Lab (SL2) Indonesia untuk memperkenalkan AI kepada generasi muda berumur 14 - 19 Tahun dari berbagai latar belakang ilmu pengetahuan dan pengalaman untuk dapat mengembangkan solusi nyata di tengah masyarakat menggunakan teknologi AI. Sagasitas ingin memberikan contoh bagaimana gerakan pendidikan digital dapat dilaksanakan dari akar rumput.
“AI dapat menjadi teknologi yang datang dari masyarakat, untuk masyarakat dan oleh masyarakat. Kami mulai dari Yogyakarta, harapannya bisa berkembang di seluruh Indonesia,†ungkap Antony Simon, Country Director SL2 Indonesia.
Kegiatan ini diikuti oleh 82 siswa dari 41 sekolah di DIY di mana keseluruhan proses belajar dan pengembangan purwarupa dilakukan selama 6 bulan didukung penuh oleh Intel dengan bantuan pembinaan dari Sagasitas. Gunawan Susilowarno, Dewan Pembina Yayasan Sagasitas Indonesia, menyatakan anak-anak muda memang didorong untuk dapat sensitif terhadap masalah yang terjadi di lingkungan sekitar dengan tujuan membangun karakter inovator muda yang selalu mengedepankan kearifan lokal dan watak bangsa. (Fxh)