YOGYA, KRJogja.com - Susu segar merupakan salah satu komoditi yang memiliki potensi dikembangkan.
Menurut Kementerian Pertanian, konsumsi rata-rata susu segar saat ini sebesar 11,09 liter perkapita pertahun dan masih di bawah target konsumsi 20 liter perkapita pertahun. Hal tersebut menjadi peluang bagi peternak untuk mengembangkan susu sapi perah di Indonesia yang memiliki penduduk lebih dari 270 juta jiwa.
Saat ini kebutuhan Susu Segar Dalam Negeri (SSDN) hanya mampu dipenuhi sekitar 20 persen saja. Sisanya masih menggantungkan impor.
Karyanto Wibowo, Sustainable Development Director Danone Indonesia, menyatakan peternak perlu mendapatkan pengetahuan terbaru tentang bagaimana mengelola peternakan lebih efektif dan efisien serta menghasilkan produk yang baik.
"Peternakan yang efektif dalam pengelolaan kandang dan limbahnya tentu akan berdampak pada kualitas susu yang dihasilkan," terang Karyanto saat pelatihan untuk peternak muda milenial di lingkar Merapi yaitu Boyolali, Yogya dan Klaten yang digelar Danone Indonesia.
"Kami tidak bergerak sendiri, LPTP Surakarta kami gandeng sebagai mitra pelaksana untuk pendampingan peternak," tambah Karyanto.
Program ini juga selalu melalui konsultasi dengan tiga pemerintah daerah di Sleman, Klaten dan Boyolali. Bahkan, salah satu dampingan di Desa Mundu mendapat apresiasi Juara 1 Lomba Kelompok Tani Ternak Berprestasi kategori Sapi perah dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jawa Tengah pada Juli lalu.
Sumino, selaku Direktur Program LPTP memaparkan data yang diperoleh dalam studi sederhana menunjukkan profil peternak sapi perah mitra Sarihusada saat ini sebanyak 60 persen peternak berusia di atas 50 tahun. Sisanya berusia di bawah 50 tahun.
"Peternak usia di bawah 30 tahun yang dinilai masih produktif hanya berkisar 20 persen. Dalam 10-15 tahun ke depan, kita akan mengalami krisis peternak," papar Sumino.
Hal senada disampaikan Retnawati, salah satu peternak muda dari Sleman yang memiliki latar belakang pendidikan akunting.
"Menjadi peternak memerlukan ketekunan, juga tidak bisa sendiri. Dengan bergabung dalam kelompok tani, berbagi dan saling mendukung, tantangan menjadi peternak akan bisa diatasi sehingga peternak bisa maju bersama," urainya.
Kegiatan ini sendiri bertujuan  membangun stigma positif peluang dan tantangan menjadi peternak. Seminar dibuka Muhammad Said Hidayat SH, Bupati Boyolali dengan peserta berasal dari berbagai universitas di
Solo Raya dan Yogyakarta. Diantaranya UGM, Undip, Universitas Boyolali, Universitas Islam Batik Surakarta, UNS, Universitas Bangun Veteran Sukoharjo serta Akademi Peternakan Karanganyar serta Institute Pertanian Bogor. (Sal)