yogyakarta

SMAN 11 Yogyakarta Kelola IPAH dan Peduli Lingkungan

Sabtu, 27 Maret 2021 | 12:13 WIB
Titi Kurniasih (kanan) dan Any Latifa saat menerangkan cara kerja IPAH yang dimiliki SMAN 11 Yogya. KR-Abrar

YOGYA, KRjogja.com - Sebagai salah satu solusi dalam rangka persiapan menghadapi Sekolah Adiwiyata tingkat Provinsi DIY tahun 2021, SMAN 11 Yogyakarta membuat terobosan baru berupa program pembuatan 'rain water harvesting for drink' atau Instalasi pemanenan air hujan (IPAH) untuk minum.

Instalasi Pemanenan air hujan dengan alat elektrolisa yang dilakukan pengelola Adiwiyata dan warga SMAN 11 Yogya bertujuan untuk menjaga lingkungan dengan memanfaatkan air hujan agar terjaga dan tidak hilang percuma.

“IPAH ini merupakan salah satu program unggulan menuju sekolah Adiwiyata provinsi DIY 2021 yang dimiliki SMAN 11, disamping program yang lain seperti pembuatan biopori, pemilahan dan bank sampah, pembuatan kompos, kebun sayur, pembibitan, apotik hidup, pemanfaatan air wudhu untuk kolam ikan, greenhouse, tamanisasi, konservasi air, hemat energi, hidroponik dan reuse limbah,” ujar Titi Dwi Kurniasih SPd selaku Divisi IPAH bersama Wakil Ketua Adiwiyata SMAN 11 Any Latifa SPd MSi di ruang praktik Pengelohan IPAH SMAN 11 Yogya, Jumat (26/3).

Menurut Titi dan Any Latifa, alat yang digunakan untuk pembuatan IPAH tersebut terdiri tiga buah waterturn (bak penampungan) dan tiga buah alat elektrolisa untuk membuat air hujan menjadi asam dan basa. Jika waterturn tersebut penuh, akan dialirkan lewat pralon ke dalam sumur-sumur peresapan yang sudah disiapkan pihak sekolah.

“Pembuatan IPAH yang mulai dibikin November 2020 lalu kerja sama dengan Komunitas Banyu Bening Tempursari, Sardonoharjo, Ngaglik Sleman. Harapan untuk ke depannya dengan adanya IPAH ini bisa jadi solusi untuk penanggulangan banjir , terutama yang terjadi di kota besar. Selain itu, ide pembuatan IPAH ini muncul beberapa tahun lalu saat Dra Hj Koesnawati masih menjabat Waka Sarana Prasarana dan sekarang yang bersangkutan menjadi Ketua Adiwiyata SMAN 11 Yogya,” sambung Titi, yang juga guru Biologi tersebut.

“Kendalanya kalau bersamaan musim kemarau dan tidak ada air hujan cara pengelolaan IPAH ini berhenti dengan sendirinya. Intinya dengan adanya alat IPAH ini agar air hujan tidak terbuang percuma,” imbuh Any Latifa. (Rar)

Tags

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB