YOGYA, KRJOGJA.com - Benteng Rustenburg yang sekarang dikenal sebagai Benteng Vredeburg yang berlokasi di jantung kota Yogyakarta, dibangun pada tahun 1760 oleh Residen Cohen Donkel atas ijin Sri Sultan HB I. Proyek pembangunan berlangsung kurang lebih 25 tahun dan selesai pada 1785.
Direktur Pengolahan Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Agus Santoso mengatakan pembangunan Benteng Rustenburg bertujuan sebagai benteng pertahanan yang bertugas melindungi kompleks Keraton Yogyakarta dari serangan musuh.
"Benteng Rustenburg untuk pertahanan pada saat itu setelah diresmikan, ditempatkan kurang lebih 100 orang pasukan VOC yang dipimpin seorang kapten. Tugas mereka melindungi kompleks Keraton dari musuh. (Tapi) lebih banyak dimanfaatkan untuk melindungi kepentingan VOC di Yogyakarta," paparnya pada seminar dari Menggali Kisah di Balik Kemegahan Benteng Vredeburg Yogyakarta, Rabu (10/2/2021).
Benteng awal berbentuk persegi empat dengan empat penjuru. Benteng juga berfungsi sebagai tempat tinggal pimpinan pemerintahan VOC di Yogyakarta. Di samping benteng dibangun kompleks pemukiman untuk orang Eropa dengan istilah Loji Kidul.
Benteng juga dikelilingi parit yang berfungsi untuk mencegah musuh yang datang dan pada setiap sudut ditempatkan meriam.
Pada arsip ANRI, Java NOK No 395, mencatat secara resmi dan rinci terkait daftar senjata dan amunisi yang dipergunakan sebagai penangkal serangan musuh orang Eropa dan pertahanan negara. Hal ini juga memperlihatkan situasi yang terjadi di pesisir Jawa.
"Setiap sudut benteng ditempatkan meriam. Di mana jangkauan tembak tepat di lingkungan Keraton. Saya kira pembangunan bukan semata-mata kepentingan Jogja tapi kepentingan VOC yang saya kira sudah bisa dibaca sejak awal walaupun sekarang jadi bangunan monumentan," jelas Agus.
Dalam perkembangannya, pada masa Gubernur Jenderal Deandles (1808-1811), benteng tidak boleh digunakan sebagai tempat tinggal sehingga dilakukan pembangunan rumah untuk minister di depan Benteng Rustenburg yang sekarang Gedung Agung Yogyakarta. Bertujuan untuk menginap apabila Gubernur Jenderal berkunjung ke Yogyakarta dengan pasukan pengamanan ditempatkan disekitar Benteng.
"Benteng Rustenburg berubah nama menjadi Vredeburg artinya benteng perdamaian, yang merubah Daendles," imbuhnya.
Setelah berakhirnya masa kolonial Belanda, Benteng Vredeburg diambil alih oleh tentara Nasional Indonesia pada peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949. Sebelumnya pada masa agresi militer belanda II pada 19 Desember 1948, Benteng dijadikan markas militer Republik Indonesia. Benteng juga digunakan sebagai tempat penahanan bagi tawanan orang Belanda maupun Indo Belanda yang ditangkap.
Sementara itu, Sejarawan Peter Carey mengatakan ada dua peristiwa bersejarah dan mencekam di Benteng Vredeburg dari awal abad ke-19 yakni serangan Inggris ke Keraton Yogyakarta pada 20 Juni 1812 dan penghinaan terhadap Pangeran Diponegoro di muka umum pada 21 Mei 1825.
"Teka-teki yang terjadi di dalam Vredeburg pada jaman Inggris dan menjelang perang Jawa. (Vredeburg) bukan cuma tempat militer tapi saksi bisu peristiwa politik menarik," ujarnya.