yogyakarta

Pengungsi Merapi Juga Harus Dilindungi dari Penularan Covid-19

Rabu, 2 Desember 2020 | 20:50 WIB
Talkshow KR bertema 'Menyelamatkan Pengungsi Merapi'. (Foto: Devid Permana)

YOGYA, KRJOGJA.com - Penanganan pengungsi Merapi kali ini jauh berbeda dibanding penanganan pengungsi saat erupsi-erupsi terdahulu. Itu lantaran, saat ini selain ada potensi bencana alam erupsi Merapi, juga sedang terjadi Pandemi Covid-19. Jangan sampai terjadi klaster di pengungsian.

Ketua Kagama Pengda DIY yang juga mantan Sekda DIY, Gatot Saptadi mengingatkan, para pengungsi Merapi tersebut harus dilindungi dari paparan Covid-19, terutama pengungsi yang memiliki penyakit penyerta (komorbid). Daya tahan tubuh (imunitas) para pengungsi selama di pengungsian harus diperhatikan seperti diberi asupan gizi makanan yang baik dan jangan sampai stress.

Kebijakan yang bisa diambil untuk menghindari kerumunan pengungsi, menurut Gatot, dengan mengurangi daya tampung barak/tempat pengungsian. Selain itu peralatan mandi, makan, minum pengungsi disediakan sendiri-sendiri dan tidak boleh dicampur. Tak kalah penting, para pengungsi harus dilindungi dari berinteraksi dengan pihak luar. Para relawan yang akan masuk ke area pengungsian harus terlebih dahulu dipastikan sehat dan tidak membawa virus, misalkan dengan rapid test.

"Penanganan pengungsi Merapi kali ini ada nilai plusnya. Harus disiapkan SOP untuk antisipasi bencana erupsi, bersamaan dengan itu juga disiapkan SOP antisipasi penularan Covid-19," terang Gatot Saptadi dalam talkshow daring bertema 'Menyelamatkan Pengungsi Merapi', Rabu (2/12/2020) dipandu host Wakil Pemred Kedaulatan Rakyat (KR) Drs Ahmad Luthfie MA. Talkshow diadakan oleh PT BP Kedaulatan Rakyat. Siaran ulangnya dapat disimak di channel youtube Kedaulatan Rakyat TV. Narasumber lain Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, Biwara Yuswantana.

Hal lain yang menjadi perhatian Gatot adalah soal manajemen kebencanaan pihak-pihak terkait seperti BPPTKG, BPBD DIY, BPBD Sleman dan para relawan. Di satu sisi komunikasi harus terjalin secara optimal, tapi di sisi lain juga harus menghindari kerumunan. Sehingga rapat-rapat koordinasi akan lebih aman jika dilakukan secara daring dan mengurangi pertemuan-pertemuan tatap muka.

"Saya juga berpesan ke masyarakat untuk tidak mudah termakan berita-berita hoaks soal Merapi yang banyak beredar di media sosial. Alahkah baiknya kros-cek ke sumber-sumber terpercaya seperti BPPTKG atau BPBD," katanya.

Biwara mengatakan, upaya penanganan potensi bencana erupsi Merapi diawali dengan penyusunan rencana kontijensi yang ranah kewenangannya ada di Pemda Sleman, termasuk BPBD Sleman. Penyusunan rencana kontijensi didasarkan pada parameter-parameter yang telah diberikan oleh BPPTKG. Seperti potensi jarak terjauh dari lontaran material Merapi atau jarak terjauh luncuran awan panas, yang saat ini ditetapkan radius 5 kilometer dari puncak harus dikosongkan dari aktivitas manusia.

"Dari rencana kontijensi tersebut ada 7 desa di wilayah Sleman yang masuh daerah rawan erupsi Merapi. Masyarakatnya terus diberi pelatihan dan pemahaman soal kesiapsiagaan, sehingga ketika terjadi erupsi Merapi, meraka sudah tahu apa yang harus dilakukan," katanya.

Terkait pencegahan penularan Covid di pengungsian, menurut Biwara juga sudah disiapkan SOP-nya. Relawan atau petugas yang akan masuk ke pengungsian harus dipastikan aman, lewat rapid test. Kemudian, masyarakat kelompok rentan, seperti lansia, ibu hamil dan menyusui, anak-anak dan orang yang punya riwayat penyakit sudah diungsikan terlebih dahulu ke barak-barak pengusian. Jika ada pungungsi yang sakit, sudah disediakan ambulan dan alur rujukan ke rumah sakit.

"Kita sudah siapkan semua untuk mengatasi segala kemungkinan yang bisa terjadi. Yang menjadi harapan kita semua pengungsi selamat dari bahaya erupsi Merapi juga tidak tertular Covid-19," katanya.

Sedangkan, Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) UGM sekaligus Ketua PMI Kota Yogyakarta, Prof Dr dr KRT Adi Heru Husodo MSC DCN DLSHTM PKK mengatakan, PMI Kota Yogyakarta siap sedia manakala dibutuhkan untuk membantu penanganan pengungsi Merapi. Ia juga berpesan agar dalam melakukan penanganan senantiasa menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Selain itu jika terjadi erupsi Merapi, maka Alat Pelindung Diri (APD) bagi petugas harus lengkap, tidak hanya masker tapi perlu juga pakaian dan topi pelindung. Tak kalah penting perlu diadakan pelatihan-pelatihan evakuasi, pelayanan kesehatan di lapangan, pembuatan dapur umumnya dan lain-lain. (Dev)

Tags

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB