yogyakarta

Sutanto Juara Menulis Macapat se DIY

Kamis, 19 November 2020 | 16:10 WIB
Para juara bergambar bersama dewan juri dan panitia. (Istimewa)

YOGYA, KRJOGJA.com - Guru Seni Budaya MTsN 6 Kulonprogo Drs Sutanto berhasil meraih Juara I Lomba Menulis Macapat Tingkat Guru SMP/ MTs se- DIY, usai meraih poin tertinggi 520. Ia mengungguli juara II Sugiyarti MPd (SMP Muh 1 Seyegan) poin 518 dan Suprihatin SPd (SMPN 1 Sewon) dengan poin 516 sebagai juara III. Sedangkan juara IV-V diraih Drs Padi (SMPN 1 Tempel) poin 514 dan MM Sri Haryanti SS (SMPN 3 Bantul) poin 512. Kelimanya berhak atas trofi tetap dan piagam penghargaan yang diberikan Koordinator Jumat Legen Balai Bahasa, Mulyanto MHum, di Balai Bahasa Yogya, Rabu (18/11/2020).

Koordinator Pembinaan Bahasa BBY Ratun Untoro MHum menjelaskan, tahap pertama lomba dilakukan secara daring. Total ada 83 peserta yang mengirim naskah Mocopat bertema ‘Pageblug’ melalui googleform sampai 5 November 2020. Setelah itu dipilih 10 naskah terbaik, tahap kedua dilakukan wawancara di Balai Bahasa Yogyakarta, Rabu (18/11/2020) Dewan Yuri yang terdiri Praktisi Mocopat KMT Projo Suwasono, Moegi Santosa dan Guru SMKN 4 Yogyakarta Sinar Indrakrisnawan SPd.

"Materi wawancara meliputi: penjelasan isi cakepan macapat yang dibuat, ide kreatif pembuatan cakepan, dan motivasi mengikuti lomba," terang Ratun.

Projo Suwasono menerangkan, kelebihan Sutanto dibanding peserta lain adalah terpenuhinya 3M (Memakai Masker, Mencuci tangan, Menjaga Jarak dan menghindari kerumunan) dalam cakepan Macapat yang dibuatnya.

Ketika ditanya dewan yuri mengapa memilih Pocung dan Gambuh dalam pembuatan naskah lomba, hal itu disebabkan karena mengejar target dengan kegiatan lain. “Terus terang saya hanya memilih tembang yang gatra/ barisnya sedikit. Pocung hanya empat baris, sedangkan Gambuh lima baris. Waktu itu bersamaan pembuatan buku antologi dan kegiatan di madrasah yang padat, sehingga lebih aman memilih dua tembang tersebut. Nantinya dua tembang tersebut juga mudah dibawakan siswa saya di madrasah,” ujar Sutanto.

Sutanto yang hobi catur tersebut menambahkan, motivasinya ikut lomba ada 3 yaitu melestarikan Bahasa Jawa, turut mengobarkan semangat literasi, meneguhkan eksistensi madrasah. Saat ini banyak guru yang tidak percaya diri ketika berbahasa Jawa baik saat berada di lingkungan rumah maupun sekolah/ madrasah. Dengan ikut lomba dirinya berharap semakin banyak yang mencintai bahasa peninggalan leluhur.

“Saya bersemangat ikut lomba karena dalam brosur dijanjikan bahwa semua naskah yang masuk akan dibukukan. Padahal antologi macapat saya belum pernah membuat. Selain itu, masih adanya masyarakat atau lembaga yang kurang familiar dengan madrasah, mendorong saya ikut even ini. Saya berharap dengan keikutsertaan dalam even ini madrasah semakin dikenal luas,” pungkasnya.(Rar)

Tags

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB