SELALU ada berkah dari sebuah peristiwa. Jika tidak ada pandemi Covid-19, Xiao Meiyue, remaja asal Shanghai Cina sudah kembali ke negara. Situasi dan kondisi yang tak memungkinkan, membuat gadis kelahiran 20 September 199 itu masih di Yogyakarta.
Maret lalu, Xiao masuk Indonesia. Belajar seni tradisi di Studio Banjarmili di Yogyakarta. Karena tak ada penerbangan ke negaranya, Xiao masih tertahan di Yogyakarta. Dan ia manfaatkan realitas itu untuk mengenal budaya dan kesenian Jawa. Xiao bergaul dengan banyak orang, terutama pekerja seni.
Minggu (04/10/2020), Xiao diajak jalan-jalan Luvita Pradana Puspitasari, pimpinan Sanggar Krincing Manis Sleman, ke Dusun Tunggul Arum Wonokerto Turi Sleman. Ditemani Triska, Vina, Ninda, dan Igun, Xiao menikmati sejuknya atmosfer Turi dan Tempel. Termasuk ke Watu Purba di Merdikorejo Tempel, yang sedang viral. Pun makan mi ayam di utara Balai Desa Merdikorejo Tempel.
Berinteraksi dengan seniman-seniman Yogya, bagi Xiao sangat menyenangkan. Ia belajar tari Rampak Buta pada Yessi Yoanne. Bahkan sempat ikut pentas daring.
Ia juga melihat jatilan, yang diakuinya mengejutkan. "Mengesankan. Belum pernah aku melihat tarian se-'crazy' ini. Ada yang kesurupan. Atraktif," ujar Xiao.
Xiao yang di negaranya editor video dan pekerja seni, menyebut jatilan tarian rakyat. Tari tradisi memang mengesankan. Termasuk tari tradisi di negaranya. Namun tak banyak remaja Cina yang minat mendalami tradisi.
"Banyak video pentas tari tradisi Cina. Namun untuk melihat pertunjukan langsung di Cina, sangat susah. Jarang ada," papar Xiao yang terkesima musik dangdut.
Di mata Xiao, tari Jawa lebih kuat gaungnya, karena banyak orang mempelajari. "Kalau di Cina, anak muda lebih suka yang modern. Seperti hiphop, K-pop dance," tambahnya.
Seniman tari Jawa, kata Xiao perlu ke luar negeri, agar tarian tradisi bisa terekpos ke negara lain. Diakui Xiao memang tudak mudah, terutama terkait pembiayaan. Xiao menyarankan agar mencari foundation yang mau membiayai.
Selama bergaul dengan seniman Jawa, banyak yang diserap Xiao. Menurutnya, seniman-seniman yang pernah ia temui sangat ramah dan menyambutnya dengan persaudaraan tinggi. Setelah mempelajari budaya Jawa, ia merasa suka. Tak berlebihan bila Xiao memimpikan bisa berkolaborasi dengan mereka suatu saat kelak.
Xiao yang kadang manggung membawakan tari kontemporer, menilai tari Jawa punya karakter. Ia sangat menyukai. "Aku juga tertarik gamelan. Sempat ikut menabuh gamelan. Indah," tandas Xiao.
Menurutnya, kehidupan budaya di Cina agak membingungkan. Punya budaya tradisi, namun generasi muda tumbuh di sela kehidupan budaya Barat.