YOGYA, KRJOGJA.com - Pariwisata telah menjadi tulang punggung perekonomian DIY selama ini, namun kondisinya terpuruk sejak terdampak pandemi Covid-19. Tidak ingin tenggelam dalam keterpurukan terlalu lama, pelaku biro perjalanan dan travel agent di DIY yang tergabung dalam Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) berusaha bangkit di tengah pandemi dengan mempersiapkan beberapa strategi agar begitu pandemi berakhir bisa langsung bergerak dengan cepat.
Ketua DPD Asita DIY Hery Setyawan menegaskan perihal pandemi Covid-19 sudah menjadi masalah dan PR bersama. Tengah terjadi tarik menarik antara kebutuhan ekonomi dengan kesehatan yang tidak bisa ditawar dan memerlukan pemahaman yang menyeluruh dari berbagai pihak saat ini. Seperti diketahui, berwisata sudah menjadi kebutuhan hidup masyarakat termasuk bagi pelaku industri pariwisata pun harus menjalankan usaha agar dapur masing-masing 'ngebul' (berasap-red)
" Kita sudah begitu intens mengadakan sosialisasi dan simulasi protokol kesehatan pencegahan Covid-19 sejak beberapa bulan lalu, yang kita lihat justru dari sisi masyarakatnya. Sehingga ini menjadi PR bersama baik dari Pemerintah maupun pelaku industri pariwusata guna mengedukasi masyarakat berwisata baik secara wisatawan mandiri ataupun wisatawan yang menggunakan jasa travel agent," tutur Hery dalam Ruang Editorial KR dipandu Jurnalis KR Primaswolo Sudjono di channel Youtube Kedaulatan Rakyat TV https://www.youtube.com/watch?v=eiuZ3gA6S8g&feature=youtu.be pada Rabu (7/10/2020).
Hery menjelaskan jika wisatawan yang menggunakan jasa biro perjalanan wisata jelas sudah diberikan sosialisasi sebelum terjadinya transaks atau pada pelaksanaan. Namun peran pemerintahlah yang utama karena dari situlah sebuah peraturan akan ditaati atau tidaknya termasuk unsur sanksi yang harus diterapkan apabila terjadi pelanggaran.
"Peran pemerintah sangat mutlak dalam hal ini, kami tidak bisa menerapkan sanksi apabila terjadi pelanggaran protokol kesehatan pencegahan Covid-19 di industri pariwisata," tambahnya.
Sementara itu, Hery menyampaikan pihaknya pun tidak bisa melakukan intervensi terkait sosialisasi protokol kesehatan pencegahan Covid-19 bagi wisatawan mandiri. Kuncinya adalah edukasi masyarakat perihal protokol kesehatan pencegahan Covid-19 baru diaplikasikan, dimonitoring dan dievaluasi.
"Asita DIY mau tidak mau lebih aware perihal pelaksanaan protokol kesehatan, tetapi yang paling penting adalah edukasi masyarakat secara luas dan harus ada penanaman kesadaran pandemi Covid-19 belum berakhir. Tidak kalah penting adalah ketegasan dari pemerintah dalam pemberian saksi maupun reward baik bagi yang melanggar maupun melaksanakan dengan baik protokol kesehatan tersebut," jelasnya.
Asita DIY siap membantu pemerintah dalam melakukan pengawasan dan memberikan masukan evaluasi perihal pelaksanaan protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Namun semua akan berhasil jika edukasi sudah berjalan dengan baik sehingga muncul kesadaran masyarakat dan terakhir apabila masih ditemukan adanya pelanggaran maka penegakan dengan sanksi adalah langkah terakhir.
"Kondisi pariwisata DIY baik internasional maupun domestik belum sepenuhnya pulih, khususnya kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) karena berkaitan dengan peraturan di negara masing-masing. Anggota Asita DIY belum ada kontrak baru wisman hingga saat ini," tandas Hery.
Pemilik PT Total Nusa Tour Travel tersebut mengungkapkan wisatawan domestik atau wisatawan nusantara (wisnus)-lah termasuk didalamnya wisatawan lokal yang baru bisa diandalkan dan digerakan DIY dengan konsep staycation sambil bertahan di tengah pandemi dengan harapan bisa kembali normal suatu saat nanti. Industri pariwisata DIY sudah perlahan bangkit dengan mengandalkan wisatawan domestik tersebut, namun sayangnya masih banyak didominasi wisatawan mandiri.
"Disinilah kami benar-benar diuji untuk berjuang bertahan agar industri pariwisata tetap bisa bangkit di tengah pandemi Covid-19," tambah Hery.
Pihaknya menyiapkan dua strategi untuk bangkit yaitu pada saat pandemi dan pasca pandemi Covid-19. Strategi di tengah pandemi yaitu meningkatkan kualitas dengan berbagai pelatihan, mengupdate perkembangan pariwisata DIY maupun dunia, mempersiapkan ajang Jogja International Travel Mart (JITM) virtual pada pertengahan Oktober 2020 ini guna memantance relasi biro perjalanan dari luar serta mengatasi keterbatasan akses market.