yogyakarta

'Micro Lockdown', Pengendalian Covid-19 Sangat Ditentukan Oleh Warga

Selasa, 6 Oktober 2020 | 11:50 WIB

YOGYA, KRJOGJA.com - Kebijakan 'micro lockdown' di Kota Yogya tercatat pernah dilakukan terhadap dua kampung. Keterlibatan warga dalam selama kebijakan itu pun turut menentukan pengendalian kasus Covid-19. Setidaknya tidak menimbulkan penularan hingga keluar kampung.

Ketua Harian Satgas Penanganan Covid-19 Kota Yogya Heroe Poerwadi, menyebut keberhasilan dalam menangani virus Korona bahkan berkat keterlibatan masyarakat. "Kunci utama itu ialah keterlibatan masyarakat, sejak pencegahan sampai penanganannya," tandasnya, Senin (5/10/2020).

Keterlibatan masyarakat di Kota Yogya sudah dilakukan sejak awal pandemi. Antara lain dengan membuat cuci tangan untuk umum, penyemprotan disinfektan, 'lockdown' kampung, aksi berbagi sesama, relawan mengajar dan lain sebagainya. Bahkan warga pun ikut melakukan pemantauan terhadap kedatangan orang di kampung hingga membantu proses pelacakan kontak erat untuk kebutuhan 'tracing'.

Oleh karena itu, di samping kedisiplinan dalam menerapkan '3M' atau memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak, keterlibatan warga itu menjadi penentu keberhasilan pengendalian Covid-19. "Micro lockdown yang dilakukan level kampung itu sepenuhnya bahkan mengandalkan keterlibatan warga. Tidak ada paksaan untuk lockdown, namun masyarakat sendiri yang menghendaki supaya kasus di wilayahnya bisa terkendali," imbuh Heroe.

Lockdown terbatas di tingkat kampung itu seperti di wilayah Pandeyan dan Kotabaru. Terutama kampung yang kasus konfirmasi positifnya di atas 10 orang. Misalnya di Pandeyan, warga lantas membuat posko dalam penanganan kasus klaster Soto Lamongan. Kemudian di Kotabaru membatasi keluar masuk rumah selama 10 hari setelah ada temuan potensi penyebaran. "Semuanya itu akhirnya bisa menyelesaikan kasusnya di kampung tersebut dan tidak menjadikan penyebarannya meluas keluar kampung," jelasnya.

Dengan demikian, keterlibatan masyarakat dalam mengatasi masalah menjadi penting. Hal ini karena masyarakat memiliki local wisdom yang otentik dan sehari-hari sudah dijalankan. Sehingga tidak asing, jelas Heroe ketika masyarakat sendiri yang bergerak dan bertindak dengan caranya masing-masing.

Sementara peran pemerintah lebih pada ikut mendukung, memberikan bantuan, membantu kelengkapan, menyiapkan kebijakan dan sebagainya. Akan tetapi, Heroe meyakini bantuan dari masyarakat jauh lebih banyak serta tidak terhitung jumlahnya. Pasalnya, ketika pemerintah masih disibukkan dengan verifikasi data untuk jaring pengaman sosial, gerakan salig bantu di masyarakat sudah bergulir cukup deras. "Masyarakat di sini yang dimaksud ialah di samping warga juga komunitas, kampus dan korporat. Bahu membahu bergandengan dan bergendongan menyelesaikan masalah Covid-19," tandas Heroe. (Dhi)

Tags

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB