YOGYA, KRJOGJA.com - Telah dibukanya Bandara Internasional Yogyakarta (BIY) untuk operasional maskapai Scoot rute Singapura (SIN) - Yogyakarta (YIA) - Singapura (SIN) menjadi pertanda baik untuk pergerakan perekonomian dan perlu disambut optimis industri pariwisata dengan tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan Covid-19.
"Pembukaan penerbangan internasional ini bisa menjadi peluang. Sesuai dengan kebijakan pemda untuk pariwisata dibuka pelan-pelan. Kedatangan tamu/wisatawan juga wajib disiplin dalan SOP Covid-19," ucap Ekonom, Dosen FBE UAJY, Sekretaris ISEI Yogya, Dr Y Sri Susilo dalam bincang-bincang editorial dengan Redaktur Pelaksana Kedaulatan Rakyat, Primaswolo Sujono, Kamis (1/10/2020) yang disiarkan di YouTube Kedaulatan Rakyat TV.
Sri Susilo menyebutkan pembukaan ini merupakan perkembangan luar biasa mengingat sebelumnya Pemerintah menyatakan Penerbangan Internasional ditutup sampai dengan Desember 2020 tetapi kini bulan Oktober 2020 sudah buka. "Langkah-langkah pemulihan ekonomi dan menjaga kesehatan harus seimbang dan sejalan dalam penanganan Covid-19 ini, juga protokol kesehatan 3M (masker, menjaga jarak, mencuci tangan)," tegasnya.
Menurut Sri Susilo, peluang ini harus ditangkap industri pariwisata dan masyarakat Yogya. "Pintu wisata sudah dibuka kembali kita bisa belajar dari Bali yang kesadaran masyarakatnya tinggi dengan pengembangan pariwisata terbukti saya pernah jalan-jalan di Bali sepanjang jalan bersih, karena masyarakat Bali sadar pentingnya pariwisata," ungkapnya.
Demikian pula marketing Pariwisata Malaysia yang sebelum Covid-19 mampu mendatangkan 25 juta wisatawan internasional di atas Indonesia karena mampu menjual dengan paket wisata menarik. "Mereka tidak punya Borobudur, Prambanan tetapi bisa ikut menjual," ujarnya.
Maka Yogyakarta yang perekonomiannya bertumpu pada sektor pariwisata harus bisa mengemas pariwisata yang aman dari Covid-19. "Hal ini sudah dilakukan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY yang sudah melakukan sertifikasi SOP Covid-19 pada hotel anggotanya, demikian juga hindari pemberitaan viral yang merugikan pariwisata Yogya seperti kerumunan di Malioboro, tanpa masker di objek pariwisata dan lainnya," ucap Sri Susilo.
Sri Susilo menunjukkan data PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) 2009-2019 kontribusi Industri pariwisata dengan faktor pendukung lainnya seperti hotel, restoran, transportasi, UMKM, perdagangan dan lainnya sebesar 55 persen ditambah dengan pendidikan tinggi mencapai 65 persen. "Sektor pendidikan tinggi yang menyumbang perekonomia di Yogya juga sedang lumpuh karena kuliah daring, jadi Yogya kini hanya bertumpu di sektor pariwisata," ujarnya.
Karenanya menjadi tanggung jawab bersama Industri pariwisata berainergi bersama masyarakat, media, komunitas-komunitas untuk menunjukkan Yogya aman dengan disiplin SOP Covid-19. "Momentum ini harus kita tangkap dengan baik dengan disiplin SOP Covid-19," tegasnya. (R-4)