YOGYA, KRJOGJA.com- Percepatan sektor Pariwisata sebagai salah satu pilar utama perekonomian DIY harus dilakukan berhati-hati. Insan pariwisata harus mengabaikan faktor kesehatan dengan terus melakukan verifikasi destinasi wisata yang aman dan sehat untuk dikunjungi. Destinasi yang aman dan sehat akan mendapatkan izin untuk dikunjungi, dengan tanda stiker.
"Dengan memastikan destinasi wisata aman, wisatawan tidak takut, namun kedatangannya harus dengan memenuhi SOP Covid-19," tegas Kepala Dinas Pariwisata DIY Singgih Raharjo dalam zoominar Jogja Tourism: Planning to Quick Recovery, Rabu (26/8). Zoominar yang diselenggarakan DPD Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY bekerja sama dengan Dinas Pariwisata DIY ini juga menghadirkan narasumber Kepala Dinas dari Kabupaten dan Kota, yaitu Sri Sudarningsih (Sleman), Asti Wijayati (Gunungkidul), Marius T (Kota Yogya), Joko Mursito (Kulonprogo), Kwintarto (Bantul) yang menjelaskan kesiapan dan kebijakan pembukaan destinasi wisata di daerah masing-masing dengan SOP Covid-19. Hadir juga Ketua-ketua asosiasi pelaku industri pariwisata. Dimana GIPI sendiri beranggotakan 20 lebih organisasi yang bergerak di industri wisata.
"Dalam recovery pariwisata DIY kita (Dinas Pariwisata) berkoordinasi dan bersinergi dengan OPD, instansi seperti dinas kesehatan, dinas koperasi UKM, gugus tugas dan lainnya juga pelaku industri wisata hingga menyusun dan mengeluarkan Pranatan Anyar Plesiran Yogya yang kita sepakati bersama untuk diterapkan di industri pariwisata," tegas Kadinas.
Dalam acara yang dipandu Dr Ike Janita, diakui pariwisata paling terdampak dalam pandemi Covid-19 ini. "Pertumbuhan perekonomian tetap harus diupayakan, destinasi wisata akan dibuka secara hati-hati, dengan selalu memperhatikan aspek kesehatan. Proses verifikasi dengan penerapan Protokol CHSE pencegahan Covid-19," jelasnya.
Sementara itu Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga menggelar FGD di hotel Phoenix, Rabu kemarin. Dalam kesempatan tersebut, Direktur Huungan Antarlembaga Kemenparkraf K Chandra Negara mengatakan bahwa pariwsata ke depan, bukan lagi mengejar angka kuantitas. Tetapi juga kualitas. Artinya, bukan hanya banyaknya namun lama tinggalnya.
Karena itu, PR besarnya adalah bagaimana melaksankan protokol kesehatan yang konsisten. Sementara Dr Greg W dari Jogja Kreatif Society, mengatakan bahwa yang dibutuhkan Yogya adalah pariwisata yang kreatif. "Semuanya, termasuk ekosistem yang kreatif" katanya. (R-4)