YOGYA, KRJOGJA.com - Pemkot Yogya memutuskan akan memperluas penyebaran nyamuk Aedes Aegypti yang mengandung bakteri Wolbachia. Ditargetkan pada September akan disebar di 29 kelurahan dari 11 kecamatan dengan menggandeng World Mosquito Program (WMP).
Wakil Walikota Yogya Heroe Poerwadi, mengungkapkan penyebaran akan diprioritaskan di wilayah yang selama ini menjadi daerah kontrol atau belum pernah diberi nyamuk ber-wolbachia. "Salah satunya di Kecamatan Kotagede yang akan diawali dengan sosialisasi ke masyarakat pada Agustus besok," jelasnya, Minggu (26/7/2020).
Sebelumnya, program penelitian yang dilakukan WMP sudah dimulai sejak tahun 2016 lalu. Dua kecamatan menjadi titik awal kegiatan penyebaran nyamuk ber-wolbachia yakni Tegalrejo dan Wirobrajan. Hasil penelitian berhasil menekan hingga 79 persen kasus demam berdarah di Kota Yogya.
Sementara Kepala Bidang Pencegahan dan pengendalian penyakit Dinas Kesehatan Kota Yogya Yudiria Amelia, menambahkan perluasan penyebaran nyamuk tersebut di samping menyasar daerah kontrol juga akan dilanjutkan ke wilayah lain. Terutama daerah yang populasi nyamuk ber-wolbachia masih kurang dari 40 persen.
Di antaranya sejumlah kelurahan di Kecamatan Pakualaman, Kraton, Mantrijeron, Mergangsan, Ngampilan, Danurejan, Pakualaman, Umbulharjo, dan lainnya. "Upaya untuk menekan kasus demam berdarah tidak hanya dengan penyebaran nyamuk ber-wolbachia. Tetapi harus diikuti sejumlah gerakan lain seperti pemberantasan sarang nyamuk, community deal dan lain-lain," urainya.
Sementara itu kasus demam berdarah hinga Juli tercatat 249 kasus dengan nol kematian. Kota Yogya pun menempati urutan keempat DIY, atau semakin rendah dibanding tahun-tahun sebelumnya. Dilihat dari kasus bulan, lonjakan sempat terjadi pada Februari hingga 72 kasus kemudian berangsur turun. Bahkan pada Juni 2020 hanya tercatat 10 kasus demam berdarah.
Meski demikian, ada wilayah yang sebelumnya tidak terjadi banyak kasus, justru terjadi kenaikan seperti di Gedongkiwo. Sebaliknya, ada wilayah yang sebelumnya kerap mencatatkan banyak kasus, kini berkurang drastis yakni di Brontokusuman. (Dhi)