yogyakarta

Corona Malah bikin Masyarakat 'Demam' Sepeda, Ini Penyebabnya

Minggu, 28 Juni 2020 | 11:07 WIB

MARAKNYA kegiatan bersepeda di tengah masyarakat belakangan ini memang membuat tingkat penjualan sepeda meningkat. Hal ini dialami oleh salah satu toko sepeda Nurhayati Bike, milik pelatih sekaligus mantan atlet balap sepeda nasional, Nurhayati.

Kepada KR di selasela kegiatannya melayani pembeli, Nurhayati mengatakan adanya pandemi Covid-19 menimbulkan dampak positif dan negatif di masyarakat. Untuk negatifnya, jelas terlihat banyak kegiatan masyarakat yang tidak bisa berjalan secara normal, termasuk kegiatan olahraga prestasi dimana para atlet tak bisa berlatih dengan rutin. Namun dampak positifnya, saat ini masyarakat semakin sadar akan pentingnya olahraga untuk menunjang kesehatan.

"Salah satunya dengan jalan bersepeda, karena dengan bersepeda akan banyak nilai positif yang didapat. Selain bisa berolahraga dan menyehatkan, menghilangkan stres, bertemu dengan bermacam-macam komunitas, dan tempat-tempat wisata," jelas Nurhayati di Jalan Kebon Agung Cabakan, Sumberadi Mlati Sleman.

Masyarakat yang banyak bersepeda ini, menurut Nurhayati, berdampak pada peningkatan jumlah penjualan di tokonya. Bahkan, peningkatan jumlah pembelian ini di luar perkiraan dan target yang selama ini telah dicanangkan oleh pihak manajemen toko. Meski tak bisa menyebutkan secara detail berapa besar peningkatan penjualan yang dialaminya selama booming kegiatan bersepeda kali ini, Nurhayati mengaku besarannya jauh melebihi jumlah penjualan di bulan-bulan sebelum pandemi Covid-19.

Sayangnya, besarnya minat masyarakat untuk membeli sepeda ini tak sebanding dengan ketersediaan sepeda di toko-toko. Produksi di masing-masing pabrik sepeda di masa pandemi Covid-19 ini belum bisa maksimal seperti hari-hari normal. "Di masa pandemi ini tidak semua karyawan pabrik sepeda masuk dan banyak part yang juga tidak bisa masuk, sehingga mungkin mengganggu produksi," ungkap Nurhayati.

Disinggung mengenai jenis sepeda yang banyak diminati masyarakat saat ini, Nurhayati melihat ada tiga jenis sepeda yang menjadi incaran pembeli yakni MTB, sepeda lipat dan sepeda balap atau road bike. "Kalau dilihat dari tingkat penjualannya, MTB tetap terbesar, sekitar 50 persen. Disusul sepeda lipat 30 persen dan sepeda balap 20 persen," tuturnya.

Selain toko sepeda, bengkel-bengkel sepeda juga mendapatkan banyak berkah di tengah maraknya kegiatan bersepeda. Bengkel sepeda menjadi sasaran para pesepeda yang ingin kembali aktif dan mengganti sejumlah part demi kenyamanan. Salah satunya bengkel sepeda Giant Bike di Mejing Sidoarum Godean. Bengkel milik Gianto tersebut kebanjiran

konsumen yang ingin memperbaiki sepeda. Peningkatan konsumen sudah terlihat sejak bulan April lalu. "Sudah meningkat sejak April lalu, banyak yang beli baru dan pengen langsung dipreteli dan upgrade part," kata Gianto.

Sepeda yang masuk dalam bengkelnya pun bermacam-macam, mulai dari MTB keluaran baru hingga keluaran lama dengan rangka besi, road bike, sepeda lipat hingga sepeda onthel. "Beberapa konsumen beli baru di toko tapi tidak langsung dirakit ditempat karena keterbatasan karyawan. Jadi saya juga banyak rakit sepeda baru,"

tambahnya.

Salah satu pesepeda dari Sempit Community, Didik Sapari menambahkan, penjualan sepeda tak hanya meningkat di toko, namun level perorangan pun melonjak karena efek booming bersepeda di era pandemi Covid-19.

Karena permintaan meningkat, sementara produksi pabrik belum stabil, sepeda bekas pun menjadi buruan para pesepeda baru. (Hit/Yud)

Tags

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB