yogyakarta

Berdamai Dengan Corona Butuh Aturan Baku, Gus Miftah : Warga Butuh Suri Teladan

Selasa, 19 Mei 2020 | 09:13 WIB
Miftah Maulana Habiburrahman atau biasa disapa Gus Miftah (Agus Sigit)

YOGYA, KRJOGJA.com - Pandemi virus Korona (Covid-19) merupakan ujian cukup berat. Bahkan kapan selesainya pandemi, belum bisa diketahui. Namun demikian jika sampai lama, kebijakan yang diambil pemerintah diharapkan tidak menyurutkan semangat masyarakat melawan Covid-19.

Menurut Ulama Miftah Maulana Habiburrahman atau biasa Gus Miftah, jika pandemi berlangsung lama, akan menjadi ujian bagi orang-orang yang diberikan rezeki banyak oleh Allah SWT. Kalau bicara siapa yang terdampak, semua pasti terdampak.

"Himbauan pemerintah agar rakyat di rumah itu baik, harus diikuti. Tetapi pemerintah harus paham, tidak semua rakyat punya penghasilan tetap. Banyak yang punya penghasilan sehari habis dimakan sekari. Jika ini tidak dicarikan solusi ini, bahaya. Memang pandemi ini ujian yang sangat berat," ujar Pemimpin Pondok Pesantren Ora Aji kepada KR, Senin (18/5).

Jika saat ini muncul keinginan untuk berdamai dengan Covid-19, Gus Miftah menganggap akan membingungkan masyarakat. "Ini bahasa yang sangat ambigu, apakah ini kekhawatiran pemerintah karena APBN nya habis, sehingga muncul istilah berdamai dengan korona. Sejauh ini aturan baku yang dimaksud berdamai dengan pemerintah, sampai hari ini belum ada juklak dan juknisnya," ujar Gus Miftah.

Karena itu, pernyataan terkait berdamai dengan Covid-19 multi tafsir. Jika kemudian ada pendapat sesuai dengan kehendak pemerintah, dianggap benar, tapi jika tidak sesuai akan berkonsekuensi hukum. Karena itu, jika harus berdamai, maka pemerintah harus ada aturan baku. Jangan setiap orang menterjemahkan sendiri-sendiri.

Menurut Gus Miftah, dalam menghadapi ujian tersebut, saat ini masyarakat membutuhkan suri teladan. Untuk itu, masyarakat perlu dibangun rasa optimis, bahwa pemerintah bisa mengatasi persoalan ini. Jika menyerah, ini bahaya. Istilah ini sangat tidak mendidik. Tidak ada nilai edukasinya. "Pemerintah hari ini harus berdiri dengan tegak, jangan sampai memberikan rasa spektis rakyat," ujarnya.

Jika memang kemudian pemerintah menyatakan berdamai dengan korona, maka pemerintah harus membuat aturan baku. Sehingga masyarakat tidak menafsirkan sendiri-sendiri. "Sekarang ketika orang banyak ngabuburit di jalan dan mengatakan kita berdamai dengan korona. Ini bisa bermunculan pusat-pusat takjid," ujarnya.

Terkait kemungkinan pandemi akan berlangsung lama, Gus Miftah, dengan kondisi APBN dan APBD sangat terbatas, maka tidak bisa banyak dari pemerintah. Gus Miftah mengingatkan Firman Allah SWT, dalam Surat Al Baqarah 155. "Allah akan menguji kita dengan apa, rasa lapar, kekurangan harta, tandur ora panen, kematian dan sebagainya. Tapi ingat, ujian ini hanya sesuatu yang sangat sedikit," ujarnya.

Konteksnya, bukan ombaknya yang besar, tetapi perahu kita yang terlalu kecil. Bukan ujiannya yang terlalu besar, tetapi karena iman kita yang terlalu lemah. "Bisa jadi bumi ini ter-lockdown, tapi yakinlah pintu langit tetap terbuka. Bisa jadi bumi ini ter-lockdown, tetapi pintu riski masih terbuka. Jika ini sebagai ujian, maka orang yang berharta juga saat ini sedang diuji," ungkapnya. (Jon)

Tags

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB