YOGYA, KRJOGJA.com - Selain mampu menciptakan inovasi, perajin juga harus cepat melakukan adaptasi bentuk usaha. Hal ini agar lini usahanya mampu bertahan di tengah pandemi Covid-19.
Menurut Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Yogya Tri Kirana Muslidatun, bagi pengusaha besar maka adaptasinya lebih cepat. "Yang perlu kami dorong ialah para perajin kecil. Mau tidak mau, kondisi sekarang sudah membuat pola konsumen berubah. Ini yang harus diikuti oleh perajin," urainya, Minggu (26/4/2020).
Mayoritas anggota Dekranasda Kota Yogya mengandalkan pemasukan dari para wisatawan atau pengunjung yang datang. Dengan tidak adanya wisatawan, otomatis membuat perajin kehilangan omset. Bagi perajin skala besar, maka saat itu juga langsung beradaptasi dengan membuat kebutuhan yang banyak diserbu masyarakat salah satunya masker.
Masker yang diproduksi pun tidak sekadar disesuaikan standar kesehatan, melainkan juga bermotif kekinian. Aneka ragam bentuk masker dengan modifikasi kekinian, terbukti mampu diminati pasar secara luas. "Selain masker ada juga yang membuat daster. Meski sepele, ternyata cukup laris ketika dijual secara online. Banyak daster batik yang dikirim hingga luar daerah," imbuh Tri Kirana.
Sedangkan bagi perajin yang modalnya terbatas dan skala rumahan, tidak sedikit yang beralih profesi untuk sementara menjadi penjual sembako. Sebagian bahkan menjual alat produksi untuk digunakan sebagai modal usaha sembako. Turunnya harga ayam, telur serta pembatasan operasional supermarket, membuka celah untuk penjualan sembako. "Mereka beli langsung ke peternak dan ternyata menjualnya juga mudah. Selain masker, kebutuhan sembako juga cukup tinggi di masyarakat," tandasnya.
Sementara bagi perajin kecil yang harus benar-benar berhenti produksi serta tidak memiliki penghasilan lain, Dekranasda mengupayakan ada bantuan. Setidaknya berupa bantuan paket sembako sebagai ketersediaan bahan pangan sehari-hari.(Dhi)