yogyakarta

Jahe Merah Jadi Andalan, Tahunan Kembangkan Kampung Herbal

Rabu, 19 Februari 2020 | 10:50 WIB
Pelatihan pembuatan sirup jahe bagi warga Tahunan di Polbangtan Yogyakarta. (Foto: Ardhi W)

YOGYA, KRJOGJA.com - Meski sudah dikenal sebagai kampung batik jumputan namun kini wilayah Tahunan mulai melirik potensi lain. Terutama kampung herbal seiring aktivitas kaum ibu yang gemar menanam tanaman obat keluarga (toga) di halaman rumah.

Tahap awal yang dikembangkan ialah membudidayakan tanaman jahe merah untuk diolah menjadi sirup. "Jahe merah dinilai lebih mudah ditanam dan nilai jualnya juga bagus. Kami dari pemerintah selalu mendukung inisiatif kaum ibu untuk bisa produktif membangun kampungnya," urai Wakil Walikota Yogya Heroe Poerwadi, di sela membuka pelatihan pembuatan sirup jahe di Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Yogyakarta, Selasa (18/2/2020).

Total ada puluhan ibu rumah tangga di Tahunan yang dilatih memproduksi sirup jahe. Pelatihnya merupakan tim laboratorium Polbangtan yang sudah memiliki kapasitas memadai.

Heroe menambahkan, semangat kaum ibu di Tahunan diharapkan bisa diikuti oleh wilayah lain. Terutama kampung sayur di Kota Yogya yang sudah tercatat ada 200 kelompok. Budidaya pengolahan herbal pun bisa disesuaikan dengan minat masing-masing kelompok supaya semakin beragam. "Hasil dari pelatihan ini kami juga berharap tetap berkelompok. Jangan terus membuat sendiri dengan merk sendiri. Kalau bisa berkelompok mulai dari produksi hingga pemasaran ada semangat Gandeng Gendong karena saling menguatkan," imbuhnya.

Sementara Kepala Laboratorium Pengolahan Hasil yang juga pengajar di Polbangtan Yogyakarta B Budi Setiawati, mengungkapkan untuk memproduksi sirup jahe membutuhkan proses panjang. Dimulai dari memilih jahe berkualitas, sangrai, blender hingga dimasak. Untuk proses memasak setidaknya dilakukan hingga tiga kali. Semua proses tersebut setidaknya membutuhkan waktu hingga empat jam jika dikerjakan sendiri.

Budi Setiawati mengaku, untuk setengah kilogram jahe merah bisa menghasilkan enam botol sirup. Harga per botolnya pun bisa dijual hingga Rp 30.000, padahal harga bahan baku hanya Rp 25.000. "Peluangnya cukup bagus. Begitu kaum ibu di sekitar sini ingin belajar membuat sirup jahe, kami pun antusias mengajari mereka. Bisa dikerjakan secara berkelompok. Semua prosesnya juga tidak menggunakan bahan pengawet namun bisa tahan sampai dua bulan," paparnya.

Selama ini laboratorium pengolahan hasil Polbangtan Yogyakarta sering memproduksi aneka ragam hasil pertanian.(Dhi)

Tags

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB