yogyakarta

Ajarkan Tepuk SARA, Pembina Pramuka Tak Pahami Kebhinekaan?

Senin, 13 Januari 2020 | 13:23 WIB

YOGYA, KRJOGJA.com - Peristiwa diajarkannya tepuk yel-yel berbau SARA yang dilakukan seorang pembina pramuka peserta praktek Kursus Mahir Lanjutan (KMH), Jumat (10/1/2020) lalu di SDN Timuran Yogyakarta mengagetkan banyak pihak. Kwartir Cabang (Kwarcab) Kota Yogyakarta pun bersiap menindaklanjuti peristiwa yang diketahui dilakukan seorang pembina pramuka asal Gunungkidul tersebut. 

Ketua Kwarcab Pramuka Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi mengatakan kejadian di SDN Timuran pada Jumat lalu terjadi secara spontan. Seorang peserta pembina diketahui mengajarkan tepuk bernarasi SARA yang lantas mendapat protes dari salah satu orangtua siswa yang mendengar. 

“Kejadiannya secara spontan, ada salah satu peserta dari Gunungkidul yang tiba-tiba menyampaikan tepuk yel-yel seperti itu (Islam-Islam Yes, Kafir-Kafir No). Ini dari spontanitas peserta, kalau dari sisi materi pelatihan dan kursusnya tak ada,” ungkap Heroe ketika dihubungi Senin (13/1/2020). 

Sebagai langkah lanjutan, Heroe bersiap memanggil pembina yang bersangkutan untuk mengetahui detail kronologis penyampaian tepuk bernarasi SARA tersebut termasuk motivasi orang yang tak disampaikan namanya ini. “ Itu kita belum tahu motif yang bersangkutan. Secepatnya kami akan panggil di kantor Kwarcab, kita akan luruskan persoalan kemarin. Termasuk bagaimana kejadian kemarin dan konsekuensinya juga,” tegas Heroe. 

Heroe dengan tegas menyebut dalam materi Pramuka yang ada tidak terdapat tepuk bernarasi SARA seperti yang disampaikan salah satu pembina tersebut. “Sebenarnya di pengajaran tak ada diajarkan tentang tepuk pramuka seperti itu, ini baru pertama kali terjadi sebelumnya belum pernah sama sekali. Tentu ini jadi evaluasi untuk dikaji agar tak pernah lagi terjadi kedepan,” pungkas Heroe. 

Sebelumnya diberitakan seorang pembina pramuka mengajarkan tepuk bernarasi SARA pada siswa SDN Timuran saat ia sedang menjalani praktik KML. Pembina yang diketahui seorang perempuan tersebut  mengajarkan tepuk Islam di depan murid dengan narasi diakhiri yel-yel Islam-Islam Yes, Kafir-Kafir No.

Salah satu orangtua siswa yang mendengar lantas melakukan protes pada pembina senior yang ada di lokasi saat kejadian. Namun begitu, ternyata hal yang bernada intoleransi dan anti kebhinekaan tersebut belum diproses lebih lanjut hingga ke Kwarcab Kota Yogyakarta dan baru akan diagendakan secepatnya. (Fxh)

Tags

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB