“Di Banyuwangi misalnya, pernah kena Tsunami pada 1994 lalu tapi bangunan di sana belum lengkap misalnya belum ada jembatan untuk warga evakuasi ke daerah tinggi, atau bahkan papan-papan peringatan untuk wisatawan. Ini yang harus segera diatasi terlebih pada 2020 bupati dan walikota wajib memiliki sistem pencegahan dan penanggulangan bencana sesuai peraturan Kemendagri. Harapan kami segera terlaksana dan masyarakat semakin tangguh bencana,†pungkasnya.Â
Sebelumnya, Peter Benfell, General Manager Science GNS Selandia Baru menyampaikan tak kurang 40 Juta Dollar Selandia Baru dialokasikan setiap tahun untuk dana riset penanggulangan bencana. Selandia Baru juga menyadari berada di kawasan subduksi lempeng bumi yang membuat mereka rentan terhadap bencana alam.Â
“Kami alokasikan dana untuk riset pengurangan resiko bencana dan kembangkan software bernama Riskscape untuk menghitung dampak bencana serta bagaimana seharusnya membangun lebih baik kedepan. Kami berkomitmen untuk membentuk ketahanan nasional pada bencana alam karena menyadari hidup di wilayah subduksi dan ada gunung berapi,†tandasnya. (Fxh)