YOGYA, KRJOGJA.com - SMA Kolese De Britto Kamis (26/7/2018) melaksanakan agenda Lustrum XIV memperingati 70 tahun eksistensi sekolah tersebut. Bertempat di Ballroom Hotel Tentrem, seminar bertema Harmoni Dalam Keberagaman berlangsung dengan menarik bersama narasumber seperti Alissa Wahid, Mahfud MD, Bambang Permadi Soemantri Brojonegoro, Buya Syafii Maarif dan J Kristiadi.Â
Dialog menarik pun terjadi saat para narasumber mulai menyampaikan pemikirannya terkait makna keberagaman. Moderator seminar, Mayong Suryo Laksono memulai dengan menceritakan kisah keberagaman di De Britto yang sebenarnya sudah terjadi dengan menarik sejak lama.Â
"Kami di sekolah tidak mempermasalahkan apa itu Jawa, Cina, Katolik atau Islam. Semua memanggil dengan akrab apakah itu dipanggil Cina atau Islam itu tidak jadi masalah, malah membuat perbedaan sebagai gurauan. Tidak ada yang memasukkan dalam pikiran atau hati karena landasannya adalah kita semua sama. Ini yang sudah sejak lama di De Britto,†ungkap Mayong yang juga alumni.Â
Kepala Bapennas Prof Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro mengatakan, kunci persatuan dan kesatuan Indonesia adalah modal sosial yang dimiliki masyarakatnya seperti semangat gotong-royong, toleransi, saling hormat menghormati serta budaya musyawarah mufakat. "Perbedaan yang ada justru saling melengkapi dan tercipta harmoni dalam keberagaman," terang Bambang dalam Seminar bertema 'Harmoni dalam Keberagaman',†ungkapnya.Â
Sementara Buya Syafii Maarif mengatakan, selain perlu menjaga dan melestarikan modal sosial yang telah dimiliki, bangsa Indonesia perlu segera membumikan Sila Kelima Pancasila' Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia'. Menurut Buya, modal sosial bisa rusak disebabkan ketimpangan yang tajam.Â
"Kalau keadilan sosial terwujud dan jurang ketimpangan bisa diperkecil, masalah-masalah kebangsaan akan dapat diselesaikan dengan baik, dan kelompok-kelompok yang ingin membuat gadung negeri ini akan hilang dengan sendirinya," ungkap mantan Ketua PP Muhammadiyah ini.Â
Sementara Prof Mahfud MD yang juga jadi pembicara mengatakan bahwa kelompok-kelompok yang ingin mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi lain sejatinya tidak tahu tentang sejarah berdirinya negara Indonesia. Menurut Mahfud, negara ini dibangun melalui sejarah kebersamaan yang panjang diawali dengan Sumpah Pemuda, lahirnya Pancasila dan konstitusi UUD 1945.Â
“Nabi Muhammad dahulu mendirikan negara itu tidak mengislamkan semua orang, bahkan meminta istrinya untuk mengatakan bahwa Muhammad tidak ingin memaksa mereka memeluk Islam. Keberagaman itu kan indah, kalau hanya satu seragam saja kan malah jenuh. Tuhan menciptakan keberagaman di dunia ini, jadi sangat aneh kalau ada orang/kelompok yang tidak mau menerima perbedaan,†ungkapnya.Â