YOGYA, KRJOGJA.com - Pengasuh Pondok Pesantren Soko Tunggal Semarang, Nuril Arifin atau yang akrab disapa Gus Nuril menggelar Ngaji Kebangsaan dan Buka Puasa Bersama dengan semangat Menyapa Bangsa dengan Taman Hati di Lapangan Nur Iman Mlangi Sleman Rabu (30/5/2018) sore mulai pukul 15.00 WIB. Kyai yang dikenal dekat dengan Gus Dur ini pun kini diketahui tengah menggaungkan Patriot Garuda Nusantara (PGN) yang sebelumnya dikenal dengan Pasukan Berani Mati era Gus Dur karena menilai negara diganggu ideologi Khilafah.
Kepada wartawan saat sesi konferensi pers Rabu (30/5/2018) siang, Gus Nuril mengatakan bahwa saat ini rumah yang bernama Indonesia sedang dalam keadaan tidak baik. Menurut dia, meski tampak tak masalah di luar namun adanya kelompok radikal yang mengatasnamakan Islam dan menilai diri sebagai yang paling baik menjadi ancaman nyata yang harus segera diperangi.
“Sekarang orang berteriak takbir tapi mengkafirkan orang lain dengan begitu mudahnya, mereka merasa paling benar dengan membawa Khilafah yang padahal bertentangan dengan Pancasila, pondasi Bangsa Indonesia. Kalau terus dibiarkan maka negara dalam ancaman, mengubah ideologi Bangsa Indonesia adalah makar dan harus dibumihanguskan,†tegasnya.
Hal inilah kemudian membuat Gus Nuril bersama 380 ribu simpatisan lainnya mendeklarasikan PGN yang menurut dia dimaksudkan untuk menjaga NKRI dan Pancasila sebagai dasar negara. PGN sendiri menurut Gus Nuril tak teraviliasi pada kepentingan seseorang dan berasal dari beberapa kelompok masa lalu seperti Pasukan Berani Mati era Gus Dur hingga Hizbullah dan Fisabilillah.
“Saat ini kami gaungkan dari Yogya sebagai titik sentral yang juga lambang kebudayaan. Kami tak rela kalau dari Yogya muncul kelompok radikal yang menghancurkan Indonesia, karena sudah mulai terlihat siapa-siapa tokohnya. Sekarang baru 360 ribu, tapi sebentar lagi akan menjadi 6 juta,†sambung pria yang identik dengan sarung ini.
Secara khusus, Gus Nuril juga menyoroti tagar 2019 Ganti Presiden yang digaungkan salah satu kelompok salah satunya tokoh Amien Rais yang menyebabkan rancu tafsir di kalangan masyarakat. “Ini negara demokrasi tapi kalau jargon 2019 Ganti Presiden dilakukan sekarang itu indikator makar. Kalau itu digunakan masing-masing partai di intern tak masalah tapi ini belum saatnya kampanye dan pilpres maka ini makar. Silahkan Mas Amien Rais membawa jagonya tapi dengan mekanisme demokrasi yang sudah disepakati,†ungkapnya lagi.
Di hadapan wartawan, kyai yang sempat dianggap sesat oleh beberapa kelompok ini menegaskan tidak mendukung Jokowi untuk nantinya tetap menjabat sebagai kepala negara. Dengan cukup lantang ia menyebut bahwa yang dilindungi adalah Bangsa Indonesia bukan personnya. Kebetulan sekarang kalau ibarat rumah makan, Jokowi koki yang sah dan paling menjaga Pancasila, ya kami dukung. Nanti kalau ganti presidennya ya silahkan saja, tapi tunggu lima tahun. Jangan belum selesai sudah diusik,†tegasnya.
Dalam ngaji kebangsaan, Gus Nuril mengajak masyarakat untuk cerdas menjaga kebhinekaan dan persatuan yang saat ini sedang digoyahkan ideologi selain Pancasila yang ditunggangi kepentingan asing. “Klaim-klaim seperti ini pembodohan dan saat inilah waktunya rakyat harus dipintarkan,†pungkasnya. (Fxh)