SLEMAN, KRJOGJA.com - Semasa hidupnya mantan presiden ke-4 Indonesia Abdurrahman Wahid atau Gus Dur memang dikenal dengan menghabiskan waktunya untuk merawat keberagaman dan kebudayaan minoritas di bangsa ini.Â
Bagi Gus Dur kebudayaan sendiri merupakan cerminan mendasar dari wujud kemanusiaan. Melalui dialog, forum, seminar, hingga silaturahmi dengan tokoh lintas agama dirajut oleh guru bangsa demi menjaga keberagaman dan keutuhan kebudayaan.
Sinta Nuriyah, Istri Gus Dur mengisahkan dengan begitu sabar Gus Dur mendamaikan berbagai macam perbedaan saat beliau menjabat sebagai Presiden Indonesia. "Gus Dur merawat kebudayaan dianggap menghambat, kebudayaan yang tersingkirkan justru selalu didekati oleh beliau (Gus Dur)," kata Sinta saat acara memperingati sewindu wafatnya Gus Dur di Auditorium Sanata Dharma Yogyakarta, Senin (5/2).
Dikatakannya, jika sebagian orang menganggap sesuatu yang tradisional itu irasional, kolot, dan kuno bahkan dianggap tidak inferior Gus Dur berbeda. Beliau mampu menempatkan sesuatu yang tradisional dan modern dalam tempat yang sama dengan seimbang untuk menghasilkan gerakan kebudayaan yang harmonis dan mampu menembus sekat-sekat keberagaman.
Dengan demikian karena merasa sangat perlu untuk merawat nilai-nilai yang telah ditinggalkan oleh suaminya, Sinta terus aktif untuk mengunjungi daerah-daerah yang memiliki keberagaman dan budaya yang belum termunculkan.Â
"Apa yang sudah beliau tinggalkan, kini kita yang menjaga dan meneruskan, saya sering meminta menyelenggarakan pentas budaya di suatu daerah yang belum banyak dikenal karena budaya adilihung seperti itu perlu kita jaga," ujarnya. (*-3)