YOGYA (KRjogja.com) - Indonesia dan negara pasifik lain mempunyai karakteristik wilayah dan geografis yang hampir serupa. Hal ini menjadikan negara-hegara ini rawan dengan bencana alam seperti gempa bumi, banjir, tanah longsor, tsunami dan lain sebagainya.
Untuk mengurangi resiko bencana alam tersebut, setiap negara berusaha meningkatkan kewaspadaan dan kesadaran warganya untuk tanggap bencana. Peran media sebagai penyampai informasi dibutuhkan sebagai dalam membantu meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat.
Atas dasar itulah pemerintah Indonesia melalui kementrian luar negeri berinisiatif mengumpulkan jurnalis dari negara-negara pasifik untuk mendapatkan pelatihan multimedia berbasis kesadaran bencana alam. Menggandeng Sekolah Tinggi Multimedia (STTM) MMTC Yogyakarta, pelatihan digelar selama 10 hari mulai 9-19 Agustus 2017 di kompleks MMTC dengan 15 peserta dari negara Papua Nugini, Fiji, Nauru, Solomon Island, Timor Leste dan Indonesia.
"Ini adalah kesempatan berharga bagi kami belajar multimedia sekaligus penanggulangan resiko bencana, karena negara kami juga rawan dengan bencana seperti halnya di Indonesia. Kami juga bisa berbagi pengalaman dengan teman-teman dari negara pasifik lainnya terkait pemberitaan bencana yang bisa mengedukasi masyarakat," ujar Filipe Naikaso, Jurnalis Fiji One TV dari Negara Fiji.
Baca juga:Â
Kemenlu RI dan MMTC Jogja Sukses Gelar Pelatihan Multimedia Bagi Jurnalis Negara Pasifik
Sementara Jurnalis dari Timor Leste, Isabella mengaku takjub dengan kearifan lokal masyarakat Yogyakarta dalam menghadapi bencana alam. Local Wisdom memberi kekuatan baru dan kewaspadaan masyarakat menghadapi bencana.
"Gempa bumi Jogja dan Gunung Merapi adalah bencana alam yang dahsyat, namun masyarakat Jogja mampu cepat bangkit dan beraktifitas normal tanpa mengurangi kewaspadaan dengan bencana yang rawan terjadi," ujarnya disela produksi video di rumah dome Kalasan Sleman.