YOGYA (KRjogja.com) - Â Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X mengharapkan jangan sampai elpiji 3 Kg di DIY keluar dari rayon atau dipasarkan di luar DIY. Pengawasan teknis di lapangan dari instansi yang berwenang dalam hal ini PT Pertamina (Persero) dan dinas terkait harus konsisten agar tidak terjadi kelangkaan dan penyalahgunaan gas bersubsidi.
"Kalau saya harapannya gas melon tidak keluar dari rayon dan pengawasan itu konsisten dilakukan. Tidak sekedar gubernur hanya disuruh mengeluarkan Harga Eceran Tertinggi (HET) semata setelah itu muncul problematika kelangkaan elpiji 3 Kg terus-menerus," ujar Sultan HB X di Kompleks Kepatihan, Selasa (18/10/2016).
Sultan HB X meminta pihak teknis terkait betul-betul mengawasi distribusi gas subsidi untuk menjaga agar tidak terjadi kelangkaan dan penyalagunaan. Pengawasan tersebut harus konsisten dilakukan, jika tidak DIY akan tetap mempunyai masalah dengan elpiji 3 Kg yang berpindaaj rayon karena HET gas subsidi yang berbeda dan lebih rendah dibandingkan dengan daerah lain.
"Problematika klasik yang terjadi di daerah pasti adanya kelangkaan gas bersubsidi karena kebijakan transportasinya lokal melalui penentuan HET. Akhirnya kita menikmati harga gas melon yang justru agak mahal karena banyak yang keluar rayon dan HET di luar DIY lebih tinggi," katanya.
Raja Kraton Yogyakarta ini mengaku problematika ini cukup dilematis mengingat apakah harus menaikan HET agar gas subsidi tidak keluar rayon. Justru langkah tersebut nantinya menjadi menjadi beban, karena masyarakat DIY akan dirugikan dengan harga gas melon yang mahal.
"Sebelumnya kita sudah mencoba menyesuaikan HET agar disparitasnya tidak terlalu jauh dengan daerah tentangga, seperti HET elpiji 3 Kg di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Bicara target para agen, mereka pasti mengambil stok gas subsidi dari jarak terdekat," imbuh Ketua I Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) DIY ini. (Ira)