YOGYA (KRjogja.com) - Setiap tahun warga RW 03 Pandeyan Umbulharjo Yogyakarta menggelar kirab budaya Bakdo Kupat yang sekaligus juga merayakan Idul Fitri. Gunungan ketupat dikirab keliling kampung dikawal bregodo dan kesenian tradisi lainnya.
Ketua Panitia Bakdo Kupat, Muhammad Sujito mengungkapkan, dahulu Padeyan merupakan sebuah kampung pandai besi yang khusus dipilih Sunan Drajat dan muridnya untuk memproduksi senjata perang melawan penjajah. Dasar pemilihannya karena kampung Pandeyan tak jauh dari pusat pemerintahan Kraton yang saat itu berada di Kotagede.
Di bawah pimpinan Empu Kinalang, Pandeyan menjadi pusat pembuatan senjata hingga akhirnya Kraton berpindah dari Kotagede menuju lokasi saat ini. Di Pandeyan kala itu ada mata air yang diperoleh Sunan Drajat yang kemudian ditutup menggunakan sebuah gong gamelan dan sekaligus menandai berubahnya fungsi Pandeyan sebagai lokasi pandai besi penyedia alat pertanian.
"Nah di kampung Pandeyan ini masih ada sisa peninggalan ilmu Empu dan sampai sekarang masih ada warga yang menjadi pandai besi membuat alat musik gamelan. Sisa artefak pun masih ada seperti Makam Empu Kinalang, mata air di utara Pandeyan dan sebuah pusaka Sendang Sedayu Guling Mataram," ungkap Sujito disela kegiatan Bakdo Kupat, Sabtu (16/07/2016).
Sejarah inilah yang kemudian terus berkembang hingga akhirnya masyarakat memperingati syiar agama dan kebiasaan saling memaafkan dengan bersyukur pada hari raya Idul Fitri melalui simbol ketupat yang memiliki makna permintaan maaf jika memiliki kesalahan ‘lepat’. "Saat ini masyarakat di Pandeyan ini terdiri dari berbagai macam agama dan suku namun kami tetap hidup rukun, inilah yang juga coba disampaikan dalam kirab budaya Bakdo Kupat yang diperingati setiap tahun," pungkas Sujito.
Tahun 2016 ini merupakan kali keenam masyarakat Pandeyan menyelenggarakan Kirab Bakdo Kupat. Kirab tersebut dimaksudkan sebagai pengingat tradisi baik yang telah berlangsung sejak puluhan tahun silam. (Fxh)