Krjogja.com - YOGYA -Baca Juga: Kampung Gowongan merupakan wilayah paling ujung utara yang dilewati kawasan Sumbu Filosofi yang membentang dari Panggung Krapyak-Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat-Tugu Pal Putih. Dulunya area ini merupakan kediaman bagi para abdi dalem perajin kayu.
Gowongan sendiri berasal dari kata Gowong yang bermakna ahli atau perajin kayu. Disinyalir para abdi dalem itu sudah tinggal di wilayah itu sejak era Sultan Hamengku Buwono II. Lama kelamaan nama wilayah itu kemudian dikenal sebagai Kampung Gowongan yang bertahan sampai sekarang.
Pengurus LPMK Kelurahan Gowongan Soeroto menjelaskan, para abdi dalem itu dulunya merupakan perajin kayu yang bisa dikatakan tersertifikat oleh Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Jika sewaktu-waktu dibutuhkan mereka akan dipanggil untuk mengerjakan bangunan atau peralatan lainnya.
Baca Juga: Penyerahan Penghargaan Lomba Desa/Kampung Wisata DIY 2023 Bakal Dihadiri Gubernur
"Para abdi dalem itu tidak hanya membuat kerajinan kayu untuk keraton saja tapi semuanya. Istilahnya mereka mendapat persetujuan dari keraton dan nantinya bisa dipanggil untuk membuat kerajinan kayu," kata Soeroto.
Kampung Gowongan merupakan salah satu dari tiga kampung di Kelurahan Gowongan, Kemantren Jetis, Kota Jogja. Dua lainnya yakni Kampung Jogoyudan dan Kampung Penumping. Masyarakat di sana membagi wilayah itu menjadi tiga area yakni Gowongan lor, Gowongan kidul dan Gowongan tengah.
"Kelurahan Gowongan itu mengambil salah satu dari nama kampungnya yakni Kampung Gowongan. Gowongan lor dikenal dengan Penumping, kemudian Gowongan tengah atau Gowongan dan Gowongan kidul atau Sitisewu," ungkap Soeroto.
Baca Juga: Gebyar Bhinneka dan Potensi UMKM Kampung Taman, Wahana Promosikan Potensi Masyarakat
Sampai sekarang masih ada kelompok yang terus melestarikan nilai dan kebudayaan di wilayah setempat dan dinamai Yayasan Hondodento. Aktivitas mereka erat dengan pelestarian budaya Jogja dan menyebarluaskan ke masyarakat.
"Juga melestarikan nilai dan paham kebatinan. Kelompok ini juga diakui oleh Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat sampai sekarang. Aktivitasnya memvisualisasikan budaya Jogja. Termasuk memelihara cerita-cerita di masa lalu," pungkas dia.
Ketua Kampung Gowongan Moelyadi Eko Saputro menyebutkan, para abdi dalem perajin kayu Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat itu bekerja dengan menggunakan tangga dan khusus untuk pekerjaan kayu sehingga dinamai dengan Hondodento.
"Hondo itu tangga dan dento itu maknanya gading. Jadi tangga yang menuju nirwana. Sekilas artinya seperti itu," jelasnya.
Dulunya terdapat empat Hondodento yang bermukim di wilayah Gowongan. Hondodento I dulu bermukim di sebelah barat Sumber Baru Motor, Hondodento IV bertempat tinggal di sebelah timur simpang empat Jalan Bumijo, Gowongan.
"Hanya sampai Hondodento IV saja, sekarang semuanya dimakamkan di Kotagede," katanya.