Krjogja.com, YOGYA - Mahasiswa dituntut menimba ilmu baik secara teori maupun praktek. Dalam proses belajar ditemukan banyak waktu statis dengan postur duduk yang beragam.
Tidak menutup kemungkinan terjadi permasalahan nyeri otot dan persendian di kalangan pelajar, terlebih lagi kelainan postur akibat posisi yang tidak tepat secara kronis.
Tim Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta yang terdiri dari Fitri Yani dan Prihantoro Larasati melakukan kegiatan pengabdian.
Yakni edukasi kepada mahasiswa cara mencegah masalah lower cross syndrome dengan memperhatikan posisi dan postur ergonomi.
Menurut Fitri Yani, permasalahan nyeri otot dan persendian di kalangan pelajar, salah satunya disebabkan karena posisi duduk yang tidak tepat, contohnya duduk dengan posisi menyandar hanya pada salah satu bagian tubuh saja.
Ini dapat menyebabkan tekanan yang relatif tinggi pada saraf tulang belakang atau vertebra pada duduk dengan durasi yang cukup lama.
"Keseimbangan tonus otot akan hilang apabila duduk dengan posisi tersebut," terang Fitri Yani kepada Krjogja.com, Kamis (12/10/2023).
Menurut Fitri, dewasa ini mahasiswa, khususnya mahasiswa kesehatan diharapkan memiliki persepsi yang luas dan dalam terkait kepentingan postural saat melakukan aktifitas.
Tetapi 14.3% dari 60 mahasiswa memiliki persepsi yang kurang terkait dengan pentingnya postur dan posisi postur tubuh saat melakukan kegiatan baik secara statis maupun dinamis.
Dengan praktek mahasiswa kesehatan yang banyak menggunakan berat tubuh saat intervensi pasien, khususnya pada kasus pasien paralysis ditambah dengan jam belajar statis yang memakan waktu cukup banyak, ditemukan 31% dari 524 mahasiswa kesehatan mengalami gejala awal low back pain saat usia muda sebagai efek kronis dari posisi canggung maupun segi anatomis yang tidak seimbang (lower cross syndrome).
"Peran yang besar sebagai penunjang kesuksesan pendidikan dunia kesehatan, mahasiswa fakultas ilmu kesehatan diharapkan memiliki kesadaran penting terkait kesehatan dirinya sendiri khususnya kasus lower cross syndrome yang dapat muncul sebagai efek kronis dari posisi postur maupun anatomis yang tidak tepat," kata Fitri Yani.
Prihantoro Larasati mengatakan, melalui kegiatan pengabdian ini harapannya bisa memberi kesadaran dan tindakan dari mahasiswa untuk dapat menerapkan kesehatan dengan cara memperhatikan postur yang ergonomis baik saat perkuliahan maupun di luar perkuliahan.
Menurutnya, kegiatan ini dengan memberikan sosialisasi terkait dampak jangka pendek dan panjang dari permasalahan ketidakseimbangan otot utama, serta memberikan edukasi cara mencegah dari masalah lower cross syndrome dengan memperhatikan posisi dan postur ergonomi seperti saat duduk, membaca ataupun saat menggunakan laptop.
Prihantoro Larasati menjelaskan, contoh yang bisa dilakukan dalam pencegahan yaitu saat posisi duduk, pastikan saat duduk, posisi perut tidak cenderung maju atau punggung terlalu bungkuk. Lalu lakukan peregangan diikuti nafas panjang dengan tangan mengangkat keatas.
Dengan begitu dada akan terasa terbuka dan kalian bisa lakukan ini sambil koreksi postur tiap 2 jam sekali. Dan juga bisa melakukan postural exercise untuk melatih duduk dengan posisi ergonomis.
"Kalian bisa memutar area panggul ke arah depan dan belakang. Bisa dilakukan saat duduk, berdiri, maupun tidur. Gerakan ini dapat diulangi 5-10x repetisi, lakukan 2x tiap harinya," katanya. (Dev)