yogyakarta

Data Jadi Sumber Deteksi Bencana dan Selamatkan Nyawa Masyarakat

Kamis, 7 Desember 2023 | 19:10 WIB


Krjogja.com - YOGYA - Satu Data Indonesia, sistem integratif dalam hal penanganan data yang bisa digunakan pemerintah untuk membuat kebijakan tepat.
Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Nezar Patria menjelaskan, data bisa dimanfaatkan untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya bencana serta menyelamatkan nyawa masyarakat.

“Contohnya di India, pemerintah mereka membuat aplikasi untuk mendeteksi banjir dan menggunakan kecerdasan buatan, lalu diolah semua datanya dan bisa buat prediksi satu minggu sebelum banjir datang sehingga penduduk di daerah itu bisa diungsikan terlebih dahulu. Prediksi ini bisa membuat banyak nyawa masyarakat diselamatkan,” ungkap Nezar dalam acara Talkshow Integrasi SPBE Pilar Transformasi Digital Indonesia, Kamis (7/12/2023).

Dalam talkshow bertema Akselerasi Pelayanan Publik dengan Integrasi SPBE ini, Nezar mengatakan bahwa Jakarta sebagai daerah yang selalu banjir di masa musim hujan bisa memanfaatkan data. "Dengan big data maka bisa didapat data geospasial, demografi dan juga solusi integratif yang harus dilakukan hingga ke bantuan yang harus diberikan," sambungnya.

Nezar menambahkan, pengelolaan data di Indonesia melibatkan banyak kementerian dan lembaga. Ibarat sebuah korporasi, Chief Data Officer adalah Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang bertugas mengumpulkan data. Sedangkan Kementerian Keuangan menjadi Chief Financial Officer, Kementerian Kominfo jadi Chief Technology Officer.

“Karena Dukcapil ada data-data penting dari daerah dan juga dikonsolidasi maka Kemendagri itu jadi Chief Regional Government Officer, lalu terkait keamanan kita libatkan BSSN sebagai Chief Security Offficer serta BRIN jadi Chief Research Officer. Satu Data Indonesia akan memiliki kualitas data yang lebih baik sehingga bisa menjadi rujukan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan," imbuhnya.

Sementara, Co-founder & CEO Katadata Metta Dharmasaputra menambahkan, pemanfaatan data untuk memprediksi bencana sudah dilakukan pada masa pandemi Covid-19. Ketika itu menurut dia, sudah ada data ledakan penyakit pneumonia yang sayangnya tidak ditangkap dengan baik.

"Harusnya bisa diprediksi apa yang akan terjadi. Lalu kami membuat indeks kerentanan Covid-19, kita petakan jumlah RS, ranjang dan tenaga perawat di tiap daerah. Ternyata, Jawa  Barat dan Banten adalah daerah yang paling rentan karena jumlah penduduk besar dan jumlah RS, ranjang serta tenaga perawat yang tidak terlalu banyak,” ungkapnya.

Metta menambahkan, problem utama Indonesia saat ini adalah ketersediaan data yang cukup layak untuk jadi bahan analisis. Ia memberi contoh, beberapa waktu lalu seorang profesor di Manchester, Inggris mengungkapkan penyebab kematian terbesar di Indonesia pada tahun 90-an adalah kardiovaskular.

“Pada tahun 90-an, 20 persen pasien yang meninggal karena kardiovaskular dan 13 tahun kemudian jumlahnya sudah naik jadi 35 persen. Jadi 1/3 penduduk Indonesia bisa meninggal karena kardiovaskular. Data ini penting untuk diolah sehingga bisa menjadi data yang hidup,” pungkas Metta. (Fxh)


Tags

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB