yogyakarta

Konsorsium Nusantaram Eva Raksamahe Minta Inggris Kembalikan 5 Ribu Manuskrip Asli yang Dibawa Saat Geger Sepehi 1812

Sabtu, 9 Maret 2024 | 18:44 WIB
Konsorsium Nusantaram Eva Raksamahe saat dibentuk (foto: Harminanto)



Krjogja.com - YOGYA - Konsorsium Nusantaram Eva Raksamahe yang berisi beberapa lembaga mendeklarasikan diri terjadi bertepatan dengan peringatan hari ulang tahun Sri Sultan HB II, Sabtu (9/3/2024).

Konsorsium tersebut mendesak pemerintah Inggris untuk mengembalikan 5 ribu lebih manuskrip Jawa yang diambil saat peristiwa Geger Sepehi pada 1812 silam.

RM Kukuh Hertriasning, Ketua Konsorsium Nusantaram Eva Raksamahe mengatakan dia menduga ada sekitar 5 ribu buku yang dibawa Thomas Stanford Raffles dari Mataram saat Geger Sepehi 1812 silam.

Baca Juga: Link Download Jadwal Imsak Bulan Ramadhan 2024 untuk Wilayah Yogyakarta dan Kota-kota Lainnya di Indonesia

Akibatnya menurut dia, masyarakat Jawa mengalami masa gelap karena manuskrip yang menunjukkan berbagai hal terkait kehidupan dan ilmu pengetahuan yang dibawa ke Inggris.

"Ada momen putusnya mata rantai sejarah Mataram Kuno dengan setelah momen Geger Sepehi itu. Ada yang diambil Inggris, juga Spanyol tapi paling banyak di Inggris. Tahun lalu Belanda dan Inggris sudah beritikad baik mengembalikan naskah dalam bentuk foto di flashdisk tapi fisiknya belum. Kami inginnya yang asli," ungkapnya di sela deklarasi di Ndalem Benawan.

Di beberapa universitas Inggris, Romo Aning sapaan akrab Hertriasning menyebut, kitab-kitab dari Jawa yang banyak membahas terkait ilmu bumi diterima jadi bagian referensi belajar. Masyarakat Jawa yang menghargai gunung, laut sebagai entitas kehidupan yang dinilai jadi pelengkap bagi sains masyarakat barat.

Baca Juga: Kasus Pilot dan CoPilot Batik Air Tertidur, Kemenhub Berikan Teguran Keras dan Akan Lakukan Investigasi

"Kami kecolongan rasanya. Masyarakat Jawa sangat menghargai gunung, laut menjadi entitas kehidupan. Inggris ambil data itu tinggal dimatangkan dipadukan dengan sains menjadi ilmu pengetahuan umum yang kita ketahui sekarang ini. Pemberian kembali (manuskrip) hanya sebagian saja yang diberikan, kami yakin yang ilmu pengetahuan tetap disimpan," tandasnya.

Romo Aning juga menegaskan bahwa pihaknya siap menerima manuskrip asli dan akan menyimpannya di Museum Mataram yang diusulkan akan dibangun. Konsorsium tersebut sekaligus juga menyampaikan kembali usulan menjadikan Sri Sultan HB II sebagai Pahlawan Nasional.

"Kami meminta dukungan dari Pemerintah di bawah Pak Jokowi maupun nanti presiden terpilih untuk mendukung warga desa Pagarejo, Kecamatan Kretek, Kabupaten Wonosobo yang menjadi tempat lahir Sri Sultan HB II untuk menjadikan Pahlawan Nasional. Saat ini Pemerintah Kabupaten Wonosobo ikut melengkapi bukti-bukti yang perlukan oleh TP2GD (Tim Peneliti dan Pengkajian Gelar Pusat),” sambungnya.

Sekretaris Nusantaram Eva Raksamahe, Suharno menambahkan konsorsium tersebut terdiri dari Yayasan Kapuk Salamba Arga, Yayasan Mandiri Jaya Utama, Arsa Nusantara Global, Yayasan Vasatii Socaning Lokika, Yayasan Geberjawa Semesta Mahardhika dan Pemerintah Desa Pagarejo, Kretek, Wonosobo.

Seluruh yayasan memiliki hikmat yang sama untuk merekomendasikan Sri Sultan HB II sebagai Pahlawan Nasional sekaligus meminta pemerintah Indonesia untuk mendorong pengembalian manuskrip asli Geger Sepehi oleh pemerintah Inggris.

“Kami akan terus bergerak, melakukan serangkaian upaya untuk meminta pertanggungjawaban peristiwa Geger Sapehi 1812 dalam bentuk permintaan maaf, dan pengembalian (repatriasi) benda cagar budaya Indonesia (warisan budaya) yang ada di museum-museum Kerajaan Inggris,” tandasnya. (Fxh)

Tags

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB