KRjogja.com - SLEMAN - Puluhan warga Kristiani di Dusun Pringgodani Caturtunggal Depok Sleman memiliki tradisi toleransi yang luar biasa.
Rabu (10/4/2024) di saat warga Muslim melaksanakan Sholat Ied Idul Fitri, warga non Islam (nonis) di wilayah tersebut berkumpul dengan pakaian rapi untuk menyambut ketika saudara lintas imannya selesai melaksanakan ibadah kemenangan.
Ketika umat Muslim di Pringgodani menunaikan salat Ied di jalan utama menuju kampung, umat Kristiani mulai bersiap berjajar di pinggir jalan, baik anak-anak, remaja, maupun para ibu bapak.
Begitu warga yang juga sesama tetangga selesai menjalankan sholat Ied, keindahan toleransi antar warga masyarakat terlihat dengan jelas.
Warga Kristiani langsung menyambut dengan uluran tangan dan tentu saja senyum sapa yang ramah.
Barisan senyum berbalut energi positif muncul, ketika semua warga Muslim berbalik memberikan salam, dengan ucapan terimakasih dan 'Sugeng Riyadi'.
Happy Indriono, salah satu warga Kristiani Dusun Pringgodani mengatakan tradisi berucap Idul Fitri, menyambut setelah Sholat Ied rutin dilaksanakan setiap tahun pada momen Idul Fitri.
Tradisi tersebut telah berjalan sekitar sepuluh tahun ke belakang dan diikuti warga dengan mengedepankan persatuan di tengah kebhinekaan.
"Sudah lebih dari 10 tahun umat Kristiani di dusun Pringgodani memiliki tradisi mengucapkan selamat Idul Fitri kepada saudara-saudari umat Muslim seusai salad Ied yang diadakan di depan Hotel Apartement Sejahtera. Sejak awal, tradisi ini dihidupkan untuk mempererat tali silaturahmi antar umat beragama dan memperkokoh kerukunan dan kerjasama yang sudah terbentuk di lingkungan ini," ungkap Happy pada KRjogja.com.
Aktivitas saling berjabat tangan, memaafkan dan bertegur sapa diharapkan akan menumbuhkan keakraban dan persaudaraan yang hangat dan meningkatkan rasa saling percaya dan toleransi antar umat beragama.
Dusun Pringgodani sendiri selama ini dikenal memiliki warga dengan kultur dan agama beragam karena lokasi dekat dengan kampus Sanata Dharma dan Atma Jaya.
Banyak tumbuh rumah kost di kawasan ini juya warga masyarakat pendatang dari daerah lain. Selama ini kehidupan kebersamaan antar warga terajut di tengah perbedaan yang ada.
"Harapan kami, tradisi ini bisa diteruskan sampai ke depan agar budaya toleransi, kebhinekaan di antara warga terus terajut," pungkas Happy. (Fxh)