yogyakarta

Sambut 2045 dan 2060, Masyarakat Indonesia Harus Terus Lahirkan Inovasi

Sabtu, 20 Juli 2024 | 09:30 WIB
Achmad Soegiarto



Krjogja.com - YOGYA - Indonesia menghadapi berbagai tantangan dan kecemasan terutama dalam menyongsong Indonesia Emas 2045 dan Indonesia 2060 net zero emissions. Tantangan itu harus diurai, agar nantinya Indonesia bisa mengambil peran di kancah dunia, juga bertahan di tengah persaingan global yang diprediksi semakin ketat.

Pemerhati pendidikan dan inovasi, Achmad Soegiarto dalam acara bincang Rolasan (Obrolan Santai Berwawasan) di Silol Coffe, Jumat (19/7/2024) mengatakan berbagai tantangan bisa dihadapi ketika anak bangsa terus berinovasi. Tak hanya digital, namun berbagai hal lain dalam segi kehidupan.

"Tantangan-tantangan itu dapat diatasi melalui menggerakkan inovasi. Inovasi itu tak hanya dalam hal digital, tapi di bidang apa saja, dan oleh siapa saja, dari mahasiswa sampai korporasi,” ungkapnya.

Achmad mengatakan, berbagai indeks pembangunan SDM menunjukkan pencapaian Indonesia kurang memuaskan. Menurut BPS, sekitar 22,25 persen Gen Z di tanah air atau 9,8 juta orang tidak sedang sekolah atau bekerja, padahal mereka adalah aset masa depan bangsa.

Mengacu World Population Review, hasil pengukuran rata-rata IQ orang Indonesia pada 2023 sebesar 78,49 juga merupakan yang terendah di Asia Tenggara. Selain itu, mengacu Global Innovation Index 2023, Indonesia berada di ranking 61, di bawah Singapore (5), Malaysia (36), Thailand (43), Vietnam (46), dan Philiphina (56).

Tak heran bila perusahaan-perusahaan besar seperti Apple, Hyundai dan Hyundai memilih berinvestasi ke Vietnam daripada Indonesia. Vietnam dipilih karena tenaga kerja terampilnya (skilled-worker), upah lebih murah dan letak yang strategis.

"Dengan populasi besar dan angka pengangguran terdidik yang besar, Indonesia tidak dipilih para pemain global untuk berinvestasi," sambung Chief Strategy Officer di Telkom Group (2019-2020) dan Kalla Group (2020-2023) ini.

Tak hanya di aspek SDM, bidang ekonomi dan usaha menurut Achmad juga tengah dalam kondisi mencemaskan di mana tahun lalu, pemerintah menutup 7 BUMN karena bangkrut dan berujung PHK ribuan pekerja. Beberapa startup besar juga mengalami kesulitan keuangan dan kurangnya inovasi berkelanjutan.

"Ini mengindikasikan fenomena umum di tanah air yakni kesulitan keuangan atau financial distress, baik di BUMN maupun startup. Di sisi lain, dunia saat ini tengah menyongsong era gelombang keenam yakni green wave sebagai kelanjutan gelombang kelima bidang digital. Gelombang keenam tersebut menekankan pada kelestarian lingkungan seiring adanya perubahan iklim yang telah memaksa manusia mengubah perilakunya demi keberlanjutan," sambungnya.

Indonesia menurut dia harus siap menghadapi era tersebut, dan seluruh pihak harus bersama mengorkestrasi gerakan inovasi anak bangsa agar mampu bersaing tingkat nasional ataupun regional.

Achmad yang juga aktif menulis buku, seperti Synergy Way of Disruption (2018) dan Synergy Way of Ecosystem Collaboration (2022) ini mengungkap perlu sebuah gerakan yang dapat mendorong dan mengarahkan inovasi generasi muda. Ia mengenalkan gerakan One Student, One Employee, One Innovation (OSOEOI) di kalangan mahasiswa dan karyawan.

"Gerakan yang berupaya melahirkan satu inovasi bagi setiap mahasiswa dan profesional ini diinisiasi oleh SPRINT+, untuk membantu pemerintah, perusahaan, dan organisasi nirlaba dalam menghasilkan inovasi. Sudah saatnya kampus menjadi inkubator bahkan akselerator inovasi," sambung peraih Asia Education Award di bidang Outstanding Contribution in Education dan Educational Leader of The Year di Thailand, akhir 2023 lalu.

Perusahaan juga wajib berinovasi dalam kepemimpinan portofolio Innovation Architect, di mana seorang pemimpin mendorong inovasi di lembaga yang dipimpin.

Perusahaan harus mengembangkan strategi dan implementasinya (leaderaholic), berpikir besar terhadap masa depan untuk menghasilkan inisiatif besar (spiritual innovation), dan menciptakan produk yang impactful dan otentik (business innovation catalyst).

"Sebuah inovasi diharapkan dapat memberi nilai tambah bagi kapabilitas individu ataupun perusahaan, sehingga mampu beradaptasi dan bergerak lincah menghadapi kondisi di masa depan," pungkas Achmad. (Fxh)


Tags

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB