yogyakarta

Presiden Terpilih Prabowo Subianto Didesak Bentuk Komite Pengembalian Aset dan Manuskrip Sultan HB II yang Dirampas Inggris

Senin, 22 Juli 2024 | 14:35 WIB
Trah HB II bersama Perpusnas dan Bappenas (Ist)



Krjogja.com - YOGYA - Ketua Trah Sri Sultan HB II yang bernaung di bawah Yayasan Vasiatti Socaning Lokika, Fajar Bagoes Poertranto terus berjuang agar aset dan manuskrip asli milik Sri Sultan HB II bisa dikembalikan ke Indonesia. Ia berharap pemerintahan di bawah Prabowo Subianto bisa membentuk komite repatriasi untuk pengembalian aset negara tersebut.

Trah Sultan HB II ingin dalam proses pengembalian aset manuskrip (Repatriasi) Sultan HB II itu terjadi secara multilateral (pihak) antara pihak Trah Sultan HB II, Keraton Yogyakarta, Pemerintah Indonesia dengan Kerajaan Inggris. Oleh karena itu, diharapkan Pemerintahan RI mendatang, Presiden Prabowo Subianto dapat membentuk komite repatriasi bersama dengan kami Trah Sultan HB II dan Keraton Yogyakarta. Apalagi mengingat Presiden terpilih Pak Prabowo juga adalah keturunan Sultan HB II,” ungkap Fajar Bagoes Poetranto, Senin (22/7/2024).

Sejauh ini, Trah Sultan HB II disebut Fajar telah melakukan berbagai upaya dalam rangka pengembalian aset dan manuskrip milik Sultan HB II. Upaya tersebut antara lain melakukan pendekatan dan koordinasi dengan Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Kementerian Hukum dan HAM, Perpustakaan Nasional, serta Kedutaan Besar Indonesia untuk Kerajaan Inggris.

Repatriasi barang-barang bersejarah sudah dilakukan sejah tahun 1970-an, hingga kini bila ditotal sudah ada 1500 koleksi bersejarah yang kembali ke tanah air. Benda bersejarah tersebut juga diatur dalam undang-undang antara lain UU Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya dan UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.

Jika manusikrip milik Sri Sultan HB II telah dikembalikan ke Indonesia maka Trah Sultan HB II akan bekerja sama dengan Perpustakaan Nasional untuk merawat. Perpustakaan Nasional kini sudah berstandar internasional baik infrastruktur dan manuskrip teknologi perawatan.

Fajar menambahkan, menunda saat ini juga tengah komunikasi secara intens dengan Kementerian Luar Negeri, KBRI London, Perpustakaan Nasional untuk meminta secara resmi kepada Kerajaan Inggris dan Pemerintah Inggris dalam rangka pengembalian aset dan manuskrip asli yang dirampas pada peristiwa Geger Sepehi di tahun 1812. "Repatriasi tidak hanya dimaknai sebagai pengembalian tapi juga ikhtiar menjaga warisan peradaban suatu bangsa,” lanjutnya.

Perpustakaan Nasional menyebut dari 121.545 naskah kuno, terdapat 82.158 yang tersimpan secara pribadi dan di lembaga dokumenter dalam negeri. Sedangkan sisanya masih banyak yang berada di luar negeri.

Repatriasi naskah kuno merupakan isu penting dalam pembangunan manusia dan kemajuan ekonomi. Disebutkan bahwa repatriasi menjadi salah satu agenda prioritas bidang kebudayaan pada RPJMN 2025-2029.

“Yang memiliki komitmen terhadap naskah kuno tidak hanya filolog. Namun, kita perlu pemetaannya terutama dulu mengingat repatriasi memerlukan usaha sistematis dan bunuh. Saat ini masih banyak tersebar di banyak negara diantaranya manuskrip hasil karya Sultan HB II di Kawasan Eropa seperti Belanda dan Inggris. Oleh karena itu, perlu adanya ikhtiar memetakan keberadaan naskah kuno Indonesia di luar negeri melalui penelitian naskah kuno yang intensif dan komprehensif, pemberitaan secara masif terkait keberadaan naskah kuno di luar Indonesia,” ungkap Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan Bappenas, Amich Alhumami

Amich juga menekankan perlunya pengembangan data, target, dan mekanisme yang akurat untuk peta jalan repatriasi naskah kuno di Indonesia maupun di luar negeri. Repatriasi naskah kuno dapat dikembangkan melalui program Revitalisasi Manuskrip yang berupaya memperkuat perlindungan dan pelestarian warisan budaya. (Fxh)

Tags

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB