yogyakarta

Arsip Kadipaten Pakualaman Ungkap Banyak Cerita, Ada Penjual Es Krim Sejak 1903

Selasa, 13 Agustus 2024 | 09:55 WIB
Arsip Menyapa program talkshow yang digagas Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPAD) DIY (Ist)

Krjogja.com - YOGYA - Arsip Menyapa, talkshow yang digagas Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPAD) DIY kembali hadir mengambil tema Arsip Pura Pakualaman. Banyak hal menarik dikupas menghadirkan narasumber berkompeten yakni KRT Projo Anggoro, Penghageng Kepanitran Kadipaten Pakualaman, Imam Taufik, Sekretaris Komisi D DPRD DIY serta Nyi Tumenggung Sestrarukmi, Praktisi Kearsipan dan Dosen Fakultas Ilmu Budaya UGM.

Dalam dialog yang ditayangkan secara daring ini terungkap, bahwa arsip Kadipaten Pakualaman saat ini sudah tersusun dengan sangat baik. Banyak data dan fakta menarik dari perjalanan sejarah Pura Pakualaman yang kini dipimpin Paku Alam X tersebut.

Nyi Tumenggung Sestrarukmi yang merupakan Praktisi Kearsipan dan Dosen Fakultas Ilmu Budaya UGM mengatakan bahwa kearsipan di Pakualaman sudah diklasifikasikan agar memudahkan pencarian. Penyimpanannya menurut dia juga sudah teratur dan aman baik secara fisik maupun digital.

"Sudah dilakukan pencatatan dan indeksasi yang sistematis sehingga kalau mau mencari itu mudah. Kebetulan juga Paduka Paku Alam X sangat peduli dengan keberadaan arsip baik untuk pengelola maupun pengunjungnya," ungkapnya.

Sestrarukmi mengungkap, misalnya pada periode tahun 1920, ketika ada transisi pemerintahan dari dari PA V ke PA VI, Pakualaman diperintah Pangeran Notodirojo. Dari manuskrip dan pernyataan Ki Hajar Dewantara yang tercatat dalam pengarsipan, terungkap bahwa Notodirojo ini merupakan sosok yang brilian dan memikirkan pendidikan.

"Saya cari di arsip Pakualaman, tidak hanya ngopeni pendidikan tapi juga banyak hal lainnya. Kemudian pada 1903 ada pedagang di Tanjungsari yang meminta lahan untuk menjual es krim. Lha sampai sekarang masih terkenal rujak es krimnya Pakualaman. Hal-hal menarik ini bisa kita dapatkan dari arsip," lanjutnya.

Sestrarukmi juga mengungkap, bahwa Pura Pakualaman bekerjasama dengan DPAD DIY untuk mendatangkan ahli yang bisa membaca arsip. Pasalnya arsip terdiri dari Huruf Hanacaraka, bahasa Jawa, juga bahasa Belanda.

"Ini perlu kolaborasi yang baik antar lembaga, dan saat ini kami lihat ini sudah terjalin dengan baik. Semoga ke depan semakin baik lagi sehingga arsip di Pakualaman bisa lestari dan menjadi sumber pengetahuan generasi mendatang," tandas dia.

KRT Projo Anggoro, Penghageng Kepanitran Kadipaten Pakualaman, menambahkan bahwa kearsipan di Pakualaman juga lengkap terkait keistimewaan DIY. Pihaknya berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk pengolahan arsip termasuk membaca kontekstual peristiwa di masa lampau.

"Kami juga lengkap terkait keistimewaan DIY, saat Kasultanan dan Kadipaten menyatakan dukungan pada RI. Peristiwa itu tercatat pada PA VIII. Pernyataan-pernyataan beliau lengkap kami punya yang menandaskan kita mendukung RI. Kami juga berkolaborasi melakukan pengolahan arsip, misalnya rembug mengundang ahli untuk mengetahui konteks sebuah peristiwa yang ada di arsip. Saat ini banyak sekali pemerhati yang datang untuk belajar tentang Pakualaman," lanjutnya.

Sementara, Imam Taufik, Sekretaris Komisi D DPRD DIY, menilai arsip di Pura Pakualaman saat ini semakin tertata terutama setelah UUK DIY disahkan. Dari sisi regulasi atau anggaran dewan diakuinya siap membackup dengan baik.

"Di Pura Pakualaman ada nilai kesejarahan yang tinggi sehingga sangat penting untuk diketahui masyarakat. Kami berharap pengelolaan arsip di Pura Pakualaman semakin maksimal agar bisa lestari dan tidak punah. Kami di dewan siap suport memberikan dukungan yang diperlukan, untuk pengarsipan di Pakualaman," pungkasnya. (Fxh)

Tags

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB