AKU langsung teringat ibuku
Perempuan kenyang dihina
Seorang janda yang ditinggal mati bapakku
dalam usia teramat muda.
Itulah bagian dari isi buka berjudul ‘... dan janda itu ibuku’ karya penulis dan penggerak literasi Indonesia Maman Suherman (akrab dipanggil Kang Maman) yang mengangkat kisah dari pengalaman hidupnya dengan keluarganya terutama ibunya. Buku yang mengisahkan ibunya yang menyandang status janda di usia muda belum genap 31 tahun. Ketika Sang suami meninggal karena sakit cukup lama.
Kepergian Sang suami saat menjalankan tugas negara. Ia seorang janda harus berjuang survive berjuang menjadi berperan menjadi kepala keluarga dengan bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari dan membersarkan lima anak yang masih kecil-kecil. Bahkan ia harus berhadapan dengan masalah sosial masyarakat berkait dengan status stigma status janda. Hebatnya, ia tetap tegar bekerja untuk menghidupi keluarga dan mendidik membesarkan anak-anaknya. Ia tetap janda meninggal dunia.
“Meski ibuku telah berhasil membesarkan dan mendidik anak-anaknya. Ia tidak minta balasan soal harta benda. Ketika Ibuku tingggal di Tangerang. Suatu ketika pernah kuminta pindah tinggal di Jakarta, namun menolak. Ibuku hanya minta waktu kalau sedang longgar waktu berkunjunglah ke Tangerang atau telepon,” kenang Kang Maman, saat diskusi buku ‘...dan janda itu ibuku’ di Kopi Pakpos Toegoe Jalan Jenderal Sudirman 19, Yogyakarta, Rabu (18/12) sore.
Diskusi buku tersebut, menyambut peringatan hari Ibu 2024 tersebut, dipandu moderator dalang dan sindhen kondang Elisha Oscarus Alasso kini sedang menempuh pendidikan untuk meraih Doktor tentang Kajian Budaya di Universitas Sanata Dharma tersebut, diselenggarakan kerja sama Kopi Pakpos Toegoe bersma Yayasan Gitadaya, sebuah lembaga independen yang menaruh minat melestarikan dan mengembangkan mengenai soal literasi, budaya dan pariwisata.
Elisha mengungkapkan, kalau soal tampil mayang, nyidhen atau menyanyi itu sudah biasa dilakukan. Namun untuk menjadi moderator diskusi buku fiksi ini, pengalaman kali pertama. Yang menarik diskusi buku fiksi tentang daya hidup perjuangan suka duka seorang ibu karya penulis senior dan produkti Kang Maman.
"Saya tertarik memandu disikusi ini karena saat ini, ibuku sedang sakit. Karena itu, saya menjadi tertarik membaca buku berjudul ‘...dan janda itu ibuku’ hasil rajutan penulis Kang Maman. Semoga ke depan saya jadi senang membaca cerita fiksi dan menginspirasi bisa menulis buku cerita fiksi seperti Kang Maman,” papar Elisha sambil tertawa.
Kang Maman menegaskan, akhirnya bisa terealisir menulis buku yang mengisahkan sosok ibu yang menyandang status janda muda, tidak menikah lagi yang berjuang untuk membesarkan dan mendidik lima anak-anaknya hingga berhasil. “Namun ketika pengalaman ibuku akan saya tulis tidak boleh. Karena bagi ibuku apa yang dilakukan berjuang menjadi kepala keluarga untuk membesarkan dan mendidik anak-anaknya bisa berhasil itu sudah menjadi kewajiban orangtua. Itu yang membuat saya hormat dan kagum kepada ibuku. Akhirnya, setelah ibuku meninggal dunia, keinginan untuk menuliskan menjadi buku telah terealisir. Buku berkait soal pengalaman suka duka keluargaku termasuk ibuku yang tegar dan bapakku semasa hidup menjadi tentara itu, mendidik agar aku dari kecil suka membaca buku,” imbuh Kang Maman, lulusan Alumni Kriminologi Universitas Indonesia, kelahiran 10 November 1964 silam.
Kang Maman menambahkan, senang diskusi membedah soal buku di Yogya. Bahkan hampir 3 bulan sekali datang di Yogyakarta. Karena di Yogyakarta, literasi tertinggi. Namun di berbagai daerah di Indonesia kesadaran membaca masih rendah. "Karena itu, saya bersemangat mendorong untuk sosialisasi untuk meningkatkan literasi di berbagai daerah di Indonesia," kata Kang Maman.
Fauzi Helmi, mewakili Kopi Pak Pos Toegoe menyebutkan, cafe ini, selain menjajakan kuliner, juga dijadikan ruang ikut mengembangkan literasi, seni dan budaya. “Selain itu, memajang buku-buku, koleksi beragam barang-barang antik yang punya nilai sejarah,” kata Fauzi Helmi (Khocil Birawa).