yogyakarta

Peluncuran 2 Buku di FT - UST, Merangkum Momentum Perjalanan Kota

Jumat, 18 April 2025 | 13:35 WIB
Rama Prambudhi Dikimara (kiri) dan Jayadi Kasto Kastari bertukar buku. (istimewa)


Krjogja.com - YOGYA - Perjalanan budaya dan perberdayaan literasi masyarakat sejak tahun 2009 hingga 2023, rasanya sangat sayang kalau terlewatkan begitu saja. Banyak pengalaman puitik, dramatik dan renungan yang bisa mencerahkan. "Buku baru berjudul Kota Kita Kata-kata, merupakan sekumpulan puisi tahun 2009 - 2023.

Buku ini menampilkan 170 puisi merangkum momentum perjalanan dari kota ke kota. Dari mulai Bandung, Yogyakarta, Bali sampai Papua," ujar Rama Prambudhi Dikimara, penyair, editor buku, founder Dewantara Institute/Yayasan Pusat Penelitian, Kebudayaan dan Politik Dewantara, Jumat (18/04/2025).

Menurut Rama Prambudhi, buku ini akan diluncurkan di kampus Fakultas Teknik (FT) Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST), Jalan Miliran 16, Mujamuju Umbulharjo, Yogyakarta, Selasa (22/04/2025) siang. Buku tersebut akan diluncurkan dan dibedah Kedung Darma Romansha (aktor, sastrawan), Mutia Sukma (akademisi/penyair) dan Tendi Nugraha (pengisi acara/Pendiri Sanggar Pamong). Dalam momentum itu, diluncurkan pula kumpulan cerpen 'Wasiat Batu dan Risalah Pohon Duka' karya Jayadi Kasto Kastari (Redaktur Surat Kabar Harian/SKH Kedaulatan Rakyat).

Baca Juga: AION Hyptec HT dipamerkan di Plaza Ambarrukmo, Jadi Andalan Kendaraan Listrik

Ditegaskan Rama, buku ini merupakan pengembaraan, mensinggahi kota-kota sebagai pengembara literasi. "Kota yang saya singgahi, ada catatan dalam lembar ingatan puitik, dramatik berupa puisi. Puisi tentu dengan memilih diksi, metafora, retorika, tema, nada dan pesan tersurat maupun tersirat," tuturnya.

Dijelaskan Rama Prambudhi, buku karya ke-9 ini diberi pengantar Dr Yoseph Yapi Taum, dosen Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta. Yoseph Yapi menilai, antologi puisi buku ini sebuah persembahan dari murid ke sang guru, Rama Prambudhi ke Umbu Landu Paranggi.

Saat menulis buku awalnya memakai nama Rama Prabu, kemudian 'dibaptis' oleh sang guru namanya menjadi Rama Prambudhi Dikimara. "Ini buku persembahan kepada guru, sebagaimana buku sebelumnya Kuda Merah di Sabana: Sehimpunan Puisi untuk Umbu Landu Paranggi," katanya.

Baca Juga: Tri Ibadah, Pilihan Tepat untuk Tetap Terhubung dan Nyaman Beribadah di Tanah Suci selama Umrah dan Haji

 

Dalam pengamatan Yoseph Yapi, buku ini merupakan jalan Rama Prambudhi menguak takdir seorang penyair, memilih jalan kebenaran sunyi, menguak makna, menjalankan transformasi, merobohkan kubu dan meninggalkan jejak abadi yakni sabda, karena penyair sesungguhnya pengabdi sabda. (*)

 

Tags

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB