Krjogja.com - YOGYA - Peristiwa memilukan terjadi di Gunung Kuda Cirebon di mana 21 penambang ditemukan meninggal dunia tertimbun galian C dan empat lainnya masih hilang. Situasi tersebut menjadi perhatian termasuk wakil rakyat DPRD DIY karena cukup banyak tambang galian C yang ada di wilayah DIY.
Ketua DPRD DIY, Nuryadi, mengatakan insiden di Cirebon menjadi hal yang harus diperhatikan seluruh pemangku kepentingan di DIY. Menurut Nuryadi, di DIY cukup banyak penambang manual yang memiliki resiko hampir sama seperti masyarakat di Gunung Kuda Cirebon.
"Di DIY jangan sampai terjadi seperti yang di Cirebon. Nah, termasuk juga pertambangan disini kan ada yang manual. Itu kalau kelongsoran kan juga akan bahaya ke masyarakat. Itulah perlunya kita mencoba untuk membuat Perda. Sehingga mana yang diatur, mana yang tidak. Mana yang ditekankan pada masyarakat, artinya payung hukumnya kan itu," ungkap Nuryadi, Selasa (3/6/2025).
Baca Juga: Tak Perlu Galau Saat Harga Jatuh, Pemerintah Serap Gabah 2,4 Juta Ton
Perda yang ditelurkan nantinya bukan berarti pemerintah berarti membiarkan semua masyarakat untuk menjadi penambang. Tapi nantinya Perda bertajuk Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral Logal, Mineral Bukan Logam Mineral Bukan Logam Jenis Tertentu, dan Batuan tersebut nantinya mengatur untuk wilayah mana yang bisa ditambang dan mana yang tidak.
"Aturan itu harus kita jalankan dengan baik. Ceritanya di lapangan ini, ada yang banyak manual tapi ternyata juga dibawahnya juga pakai mesin. Ya, itu kan semua ilegal itu. Nah, ini yang mau kita tertibkan. Lalu dengan apa cara untuk menertibkannya, ya dengan membuat peraturan daerah," tegas Nuryadi yang juga politisi PDI Perjuangan ini.
Selain itu, Perda yang masih dalam bentuk rancangan ini dibuat juga untuk menjaga lingkungan ke depan. Hal ini menjadi sangat penting karena kelestarian lingkungan adalah bekal kehidupan manusia.
Baca Juga: PrimeAcademyFX Platform Lebih Bijak Belajar Trading
"Tapi yang terpenting adalah bagaimana juga kesadaran. Kemarin kan tol ini juga merangsang untuk teman-teman untuk mencari material untuk disetorkan untuk tol itu. Tapi sepanjang itu tidak merusak juga tidak apa-apa. Sepanjang itu ada izinnya juga tidak apa-apa," tandas Nuryadi.
Saat ini iklim yang telah berubah mempengaruhi banyak lini kehidupan manusia, terlebih para petani yang mensuplai kebutuhan pangan. Situasi ini harus pula segera diurai menurut Nuryadi, dan pemerintah daerah harus berkontribusi nyata.
"Ya kita rasakan seperti sekarang ini, yang harusnya sudah kemarau tapi masih hujan. Coba lihat petani seperti apa ini. Kalau yang kemaraunya tentu ya tidak ada air. Mudah-mudahan supaya tidak terjadi kemarau panjang, ya kita distribusi (air) tentunya.
Kalau bicara lingkungan hidup, itu kan DIY kan sebuah bagian kecil. Pasti juga harus bersama dengan yang lainnya. Tapi kita harus memberikan kontribusi untuk itu. Tidak boleh lengah kita," pungkas Nuryadi. (Fxh)