Krjogja.com - YOGYA - Perikanan dan kelautan merupakan salah satu pilar utama dalam ketahanan pangan nasional. Sebagai salah satu negara kepulauan, perikanan di Indonesia menjadi salah satu sumber penghidupan bagi jutaan masyarakat pesisir. Berdasarkan data Badan Informasi Geospasial (BIG), pada tahun 2024, jumlah pulau di Indonesia mengalami peningkatan menjadi 17.380 pulau dari 17.374 pulau pada tahun 2023.
Keberadaan pulau baru ini membawa sumber daya baru bagi perikanan dan meningkatkan potensi wisata bahari di Indonesia. Namun, pengembangan potensi sumber daya laut bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat bukan tanpa tantangan.
Sumber daya alam kelautan menghadapi berbagai tantangan serius, seperti degradasi ekosistem perairan, pencemaran lingkungan, penangkapan berlebihan hingga perubahan iklim, yang mengancam keberlanjutan sumber daya ikan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pendekatan ilmiah, kolaboratif dan pengelolaan ekosistem perairan berbasis komunitas.
Baca Juga: 51 Ribu Jemaah Haji Indonesia Mulai Pulang Lewat Bandara Soetta 12 Juni 2025
Menjawab tantangan tersebut, Fakultas Bioteknologi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) bekerja sama dengan Masyarakat Iktiologi Indonesia (MII), Departemen Perikanan Universitas Gadjah Mada (UGM), serta Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyelenggarakan 3rd International Seminar on Fish and Fisheries Sciences bertema Management of Aquatic Ecosystem for Sustainability of Fish Resources and Fisheries yang berlangsung pada tanggal 10-12 Juni 2025 di Auditorium Koinonia UKDW, Yogyakarta.
Dr. Djoko Rahardjo, M.Kes, ketua panitia menyebutkan jika acara tersebut berlangsung secara hybrid dan dihadiri oleh 160 peserta (106 daring and 54 luring) dari 74 instansi pemerintah, industri, NGO maupun institusi pendidikan baik di tingkat nasional maupun internasional. Konferensi ini diselenggarakan untuk mendorong sinergi ilmiah antara akademisi, peneliti, pembuat kebijakan dan pelaku industri perikanan.
"Harapannya dapat saling bertukar ide dan berkolaborasi dalam riset dan penulisan ilmiah, atau usulan implementasi kebijakan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perikanan," ungkapnya di sela pembukaan, Selasa (10/6/2025).
Baca Juga: Dirut Sritex Dicegah ke Luar Negeri, Kejagung: Untuk Permudah Penyidikan
Konferensi internasional dibuka pada tanggal 10 Juni 2025 oleh Rektor UKDW, Dr. -Ing. Wiyatiningsih, S.T., M.T., dilanjutkan dengan penyampaian materi dari keynote speaker, I Nyoman Radiarta, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan Kementrian Kelautan dan Perikanan.
I Nyoman Radiarta, mengatakan pemerintah kini sedang menggenjot 1100 Kampung Nelayan Modern Merah Putih seperti yang sudah tercipta dan berjalan baik di Biak Papua. Kampung ini dikolaborasikan dengan Koperasi Merah Putih, atas arahan Mentri KKP yang bertitik fokus pada pengubahan pola pikir masyarakat.
"Kampung Nelayan Modern Merah Putih ini lebih pada mengubah mindset masyarakat di lokasi. Infrastruktur dibangun, dengan bantuan pemerintah minimal Rp 22 miliar. Ada pelabuhan, bengkel, sentra kuliner juga. Harapannya menjadi sentra pertumbuhan ekonomi," ungkapnya.
Nyoman juga menyebut keberhasilan Kampung Nelayan Modern di Biak yang setiap bulan mengirimkan produk perikanan di atas 1 ton menjadi trigger KKP menjadikan ini program prioritas. Akan dibangun 1100 kampung bukan hanya nelayan tapi budidaya ikan modern.
"Tahun ini (2025) ada 100 kampung dan 2026 ada 500 dan 2027 juga 500 kampung. Harapan pemerintah bisa total 1100 kampung di 38 provinsi seluruh Indonesia," lanjut Nyoman.
Baca Juga: Coba Motor Listrik, Gubernur Jateng Ngacir Bagai Angin