yogyakarta

Sarasehan di GKJ Gondokusuman Dorong Kebangkitan Ibadah Bahasa Jawa di Gereja Melalui Inovasi Gamelan

Selasa, 5 Agustus 2025 | 20:48 WIB
Sarasehan di GKJ Gondokusuman dorong kebangkitan ibadah bahasa Jawa di gereja melalui inovasi gamelan.

KRjogja.com - YOGYA - Penurunan jumlah jemaat dalam ibadah berbahasa Jawa mendorong Gereja Kristen Jawa (GKJ) Gondokusuman untuk mencari cara baru agar ibadah tetap hidup dan relevan. Salah satunya melalui inovasi gending rohani menggunakan gamelan, yang dikembangkan lewat sarasehan bertajuk 'Upaya Inovatif Gending Gerejawi sebagai Pengiring Pujian di Gereja Kristen Jawa', Senin (4/8/2025). 

Ketua panitia, Joko Pamungkas, menegaskan bahwa tantangan utama saat ini adalah menjaga minat jemaat terhadap ibadah dalam bahasa Jawa. “Salah satu cara kreatif yang kami lakukan adalah menghidupkan kembali gamelan sebagai pengiring pujian. Gamelan memberi semangat baru bagi ibadah yang mulai ditinggalkan,” ujar Joko. 

Baca Juga: Buntut Kasus Dugaan Korupsi Kades Jaten, 52 Kios Disita Kejaksaan

Lebih dari 200 peserta hadir dalam acara ini, tak hanya dari Yogyakarta, tetapi juga dari Cilacap, Kebumen, Solo, hingga Jakarta. Mereka terdiri dari jemaat, pelatih gamelan gereja, hingga akademisi seni yang bersama-sama membahas sejarah, teknik, dan inovasi pengiring ibadah dengan gamelan. 

Pdt. Fendi Susanto, pendeta GKJ Gondokusuman sekaligus dalang, menjelaskan bahwa gamelan pernah ditolak dalam tradisi ibadah karena pengaruh misionaris Barat. Namun kini, hampir semua GKJ memiliki perangkat gamelan. “Sudah waktunya gamelan tidak hanya hidup di museum budaya, tapi juga di altar gereja,” katanya. 

Inovasi yang dipresentasikan dalam sarasehan mencakup penggunaan alat alternatif seperti sendok sebagai penabuh, serta eksplorasi nada untuk mengiringi lagu-lagu rohani dalam tangga nada tertentu. Semua itu bertujuan agar gending bisa menyatu dengan liturgi secara musikal maupun spiritual. 

Baca Juga: Miris! Di Bantul Setiap Bulan Terjadi 2 Kasus Bunuh Diri

Gandung Djatmiko, akademisi ISI Yogyakarta, menyebut gerakan ini sebagai bentuk regenerasi liturgi. “Ibadah bahasa Jawa bisa tetap hidup bila ia mengikuti zaman—bukan dengan meninggalkan tradisi, tapi dengan meramu kembali rasa dan bentuknya. Di situlah gamelan punya ruang besar.” 

Dari diskusi yang berlangsung, muncul rencana konkret untuk menyusun buku panduan gending sebagai bentuk standarisasi liturgi gamelan di GKJ. Harapannya, inovasi ini tak hanya menjadi penyegar ibadah, tetapi juga menjadi jalan bagi gereja untuk menghidupkan kembali bahasa dan budaya lokal sebagai bagian utuh dari iman.(*)

Tags

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB