Krjogja.com - YOGYA – Jogja International Batik Biennale (JIBB) 2025 kembali digelar dengan mengusung semangat meneguhkan DIY sebagai pusat inovasi batik dunia. Ajang dua tahunan ini bukan sekadar perayaan budaya, melainkan juga wadah bagi industri kecil menengah (IKM) batik untuk berkembang, sekaligus memperkuat branding Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) DIY, Yuna Pancawati, menegaskan JIBB 2025 hadir untuk mengembangkan potensi IKM batik, melestarikan warisan budaya, meningkatkan ekonomi masyarakat, serta memperluas penyebaran industri batik di DIY. “Dengan JIBB, kami ingin memastikan batik tidak hanya lestari, tetapi juga terus berinovasi dan mendunia,” ujarnya kepada KR, Kamis (25/9).
Baca Juga: Jadwal Lengkap MotoGP Jepang 2025, Menanti Pesta Juara Dunia Ketujuh Marc Marquez
Mengusung tema “Batik In Motion: Bridging Tradition and Modernity”, Yuna mengatakan JIBB tahun ini menekankan pentingnya menghubungkan nilai tradisi dengan kebutuhan gaya hidup modern. Tema tersebut sekaligus menegaskan batik tidak statis, melainkan dinamis dan mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Berbeda dengan edisi sebelumnya, JIBB 2025 menghadirkan sejumlah terobosan baru. Di antaranya grand launching Griya Batik sebagai pusat belajar dan pameran batik permanen, program JIBB Goes to School & Campus untuk mengenalkan batik kepada pelajar dan mahasiswa, serta kegiatan olahraga Sepeda Batik atau Sebatik yang mengajak masyarakat bersepeda sambil mengenakan busana batik.
Sejumlah agenda telah melibatkan ribuan peserta. Program Goes to School & Campus menjangkau lima SMA/SMK dan lima perguruan tinggi, melibatkan 300 siswa, 200 mahasiswa, dan 10 persen mahasiswa asing. Kegiatan ini menghadirkan fashion show, talkshow, hingga peragaan batik kontemporer yang sebagian besar digerakkan oleh generasi muda.
Baca Juga: Pameran Naskah Kuno Tarik Minat Pelajari Keris
Puncak acara JIBB akan berlangsung pada 2 Oktober 2025 di Hotel Royal Ambarrukmo Yogyakarta melalui Seminar Internasional Batik. Forum ini menghadirkan pembicara dari dalam dan luar negeri, diikuti 130 peserta luring dan 50 peserta daring. Pada kesempatan yang sama juga diluncurkan resmi Griya Batik yang diharapkan menjadi ikon baru edukasi dan promosi batik di DIY.
Rangkaian acara dilanjutkan dengan Gebyar Expo JIBB pada 3–5 Oktober di Griya Batik. Sebanyak 20 IKM batik terpilih menampilkan karya unggulan mereka, disertai talkshow yang melibatkan 150 pelajar dan pelaku IKM. Pameran ini sekaligus membuka peluang bagi perajin untuk bertemu langsung dengan pembeli domestik maupun internasional.
Tak kalah menarik, kegiatan Sebatik pada 4 Oktober akan melibatkan sekitar 300 peserta dari unsur OPD, komunitas, hingga masyarakat umum. Dengan rute sejauh 15 kilometer melewati jalur wisata Tugu–Malioboro, Sebatik menjadi simbol bahwa batik bisa tampil segar, dinamis, dan dekat dengan gaya hidup modern.
Menurut Yuna, kehadiran JIBB diyakini memberi dampak ekonomi signifikan. Mulai dari peningkatan penjualan batik, perluasan pasar, hingga penciptaan lapangan kerja baru. “Kami juga menghadirkan buyer internasional secara daring untuk membuka akses pasar global bagi IKM batik DIY,” ungkapnya.
“Melalui JIBB 2025, DIY meneguhkan diri sebagai pusat inovasi batik dunia. Batik adalah warisan sekaligus masa depan. Dengan inovasi, batik akan tetap relevan, mendunia, dan membawa manfaat nyata bagi masyarakat,” pungkas Yuna. (Ira)