Krjogja.com - YOGYA - BPJS Kesehatan masuk dalam nominasi Nobel Perdamaian 2025. Prinsip gotong royong dalam penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) memberikan kontribusi dan nilai penting dalam mendorong terwujudnya perdamaian.
“Nominasi ini bukan soal menang atau kalah, tetapi pengakuan dunia internasional terhadap kerja kolektif bangsa dalam membangun sistem jaminan sosial yang bermanfaat besar untuk kesehatan masyarakat,” ujar Direktur Utama BPJS Kesehatan Ghufron Mukti saat memberikan kuliah umum di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan, Sabtu (18/10/2025).
Pada tahun 2025, terdapat 338 kandidat yang dinominasikan untuk menerima Nobel Perdamaian, terdiri atas 244 individu dan 94 organisasi yang salah satunya ialah BPJS Kesehatan. “Fokus utama kami adalah memastikan setiap penduduk Indonesia terlindungi dalam Program JKN sebagaimana amanah undang-undang. Akses ke fasilitas kesehatan terbuka seluas-luasnya bagi masyarakat tanpa beban finansial,” tegas Ghufron.
Baca Juga: GKR Hemas Dorong Penguatan Sekolah Rakyat sebagai Model Pendidikan Inklusif dan Humanis di DIY
Dalam penyelenggaraannya, setiap peserta baik sehat maupun sakit membayar iuaran setiap bulannya. Dana yang terkumpul digunakan untuk membiayai pelayanan kesehatan peserta yang membutuhkan. Prinsip gotong royong dan pengelolaan program yang akuntabel mengantarkan BPJS Kesehatan dalam nominasi bergengsi Nobel Perdamaian.
“Jika dunia mengakui, tentu menjadi kebanggaan bagi kita bersama. Dengan perhatian internasional ini, kami ingin memastikan hasil kerja keras dan budaya gotong royong di Indonesia yang diimplementasikan dalam Program JKN dapat dikenal dunia,” kata Ghufron.
Dalam kesempatan yang sama, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan, Rosyidah mengatakan BPJS Kesehatan telah melalui perjalanan panjang dalam mewujudkan jaminan kesehatan di Indonesia. Ia turut bangga, salah satu organisasi bangsa berhasil masuk dalam daftar nominasi Nobel Perdamaian.
Baca Juga: Joglo TPQ Fathul Ilmi Ambruk Diterpa Angin, Belasan Santri Terluka Saat Mengaji
“Kalau kita melihat kembali sejarah BPJS Kesehatan sangat panjang, pada 1 Januari 2014 transformasi dimulai dan menandai perjalanan jaminan kesehatan. JKN bukan hanya membanggakan di tingkat nasional namun juga dunia internasional. Jika dulu kita yang melakukan studi tiru ke luar negeri. Kini mereka dari luar yang studi tiru ke Indonesia. Sebuah prestasi luar biasa ditambah capaian cakupannya yang begitu besar. Ini luar biasa,” tutupnya. (Dev)