Krjogja.com–YOGYA– Pengamat politik sekaligus filsuf, Rocky Gerung, menyoroti masih minimnya ruang kebebasan berpikir dalam sistem pendidikan di Indonesia. Kritik tersebut ia sampaikan dalam forum diskusi bertajuk “Pendidikan di Indonesia Pasca Reformasi sebagai Cermin Kualitas Demokrasi” yang digelar di Auditorium Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Jumat (21/11/2025).
Dalam forum tersebut, Rocky menegaskan bahwa hakikat utama pendidikan sejatinya adalah kebebasan berpikir. Menurutnya, pendidikan tidak boleh hanya dipahami sebagai proses transfer pengetahuan semata, melainkan harus menjadi ruang bagi lahirnya daya kritis, kemampuan berargumentasi, serta keberanian untuk bertanya.
“Selama tidak ada argumentative society tidak mungkin pendidikan itu berfungsi untuk menghasilkan perubahan, selama tidak ada argumentative society tidak ada demokrasi,” tekannya.
Merespons situasi tersebut, Rocky Gerung menawarkan sebuah solusi. Ia menilai bahwa dunia pendidikan di Indonesia perlu menghadirkan kurikulum alternatif yang menempatkan kebebasan dan kesetaraan sebagai fokus utama. “Jadi kita harus mengurai lagi bagian-bagian pikiran yang dimulai dari orang tua kita supaya dia bisa sejalan dengan kepentingan kita sehari-hari,” ujarnya.
Tak lupa, forum yang digelar tersebut turut menghadirkan sejumlah pakar dari berbagai latar belakang untuk membahas relasi antara pendidikan dan kualitas demokrasi di Indonesia, mulai dari Shinta Maharani selaku Jurnalis Tempo hingga Joko Susilo dari Nalar Institute.
Di akhir, melalui kritiknya, Rocky berharap dunia pendidikan di Indonesia dapat kembali pada tujuan utamanya, yakni mencetak manusia merdeka yang mampu berpikir kritis, berani bersuara, serta berkontribusi secara sadar dalam kehidupan demokrasi. (*)