Krjogja.com - YOGYA - Disability Fest 2025 digelar di Treasury Learning Center Yogyakarta, Jumat (5/12/2025), hasil kolaborasi Rumah Pemberdayaan Hanenda dan Kanwil Dirjen Perbendaharaan Negara DIY. Ajang ini dirancang sebagai ruang apresiasi bagi karya anak-anak difabel dari berbagai daerah DIY.
Pemerhati Disabilitas sekaligus Duta Kesetaraan Hanenda, Paramitha Rusady, menyampaikan kegembiraannya dapat merayakan Hari Disabilitas Internasional bersama anak-anak. Paramitha yang juga artis senior Indonesia menegaskan bahwa karya anak-anak difabel bukanlah bentuk belas kasihan, melainkan hasil kreativitas yang layak diapresiasi.
"Saya ingin anak-anak ikut merayakan karena momen ini memberi ruang bagi difabel untuk berkreasi. Difabel tidak ingin jadi objek charity, mereka punya kelebihan luar biasa," ungkapnya pada wartawan.
Menurutnya, keberanian difabel untuk berkarya harus terus didukung agar mereka dapat berjalan berdampingan dengan masyarakat luas. Ia menambahkan bahwa semangat kesetaraan menjadi pondasi gerakan Hanenda dalam pemberdayaan difabel.
"Kami terus menyemangati, memberikan ruang, dan terus berjalan bersama. Aku dan Kamu Kita Setara, kami ingin masyarakat mengenal mereka lebih dekat," imbuhnya.
Keterlibatan Ratu Kraton Yogyakarta, GKR Hemas dalam kegiatan tersebut memberi dukungan moral bagi para peserta. Paramitha menyebut kehadiran tokoh publik dalam momen ini sebagai bukti bahwa isu kesetaraan mendapat perhatian luas di Yogyakarta.
Sementara, Pembina Rumah Vokasi Hanenda, Siti Nurhayati, menjelaskan bahwa pihaknya berkomitmen menghubungkan dunia pendidikan dengan industri. Siti menekankan bahwa difabel harus dipandang sebagai subjek yang memiliki kemampuan dan identitas.
"Kami link and match dunia pendidikan ke industri agar anak-anak difabel bisa mandiri. Difabel tidak hanya menjadi objek, mereka punya skill dan passion masing-masing," tegasnya.
Ia memaparkan bahwa Hanenda turut mempertemukan karya-karya difabel dengan pelaku industri untuk membuka peluang yang lebih besar. Siti juga mengungkapkan bahwa pihaknya tengah menyiapkan sebuah film bertema inklusif sebagai bagian dari riset pemberdayaan.
"Kami berusaha terus memberikan ruang dan mempertemukan mereka dengan industri. Kami akan membuat film inklusif dan ini menjadi salah satu bagian risetnya," ujarnya.
Pada Disability Fest, dipamerkan berbagai produk kreatif seperti lukisan, kerajinan, makanan, minuman, hingga pakaian dan batik karya anak-anak difabel DIY. Beragam sekolah luar biasa juga turut berpartisipasi menampilkan karya terbaik mereka.
Kegiatan semakin meriah dengan adanya screening film, talkshow, workshop, gelar karya, serta bazar UMKM inklusif. Para pengunjung dapat berinteraksi langsung dengan para kreator difabel dan mengetahui proses kreatif di balik karya mereka.
Disability Fest diharapkan menjadi momentum untuk memperluas jangkauan gerakan inklusi di masyarakat. Penyelenggara berharap kegiatan ini dapat menjadi inspirasi agar semakin banyak ruang ramah difabel hadir di berbagai sektor. (Fxh)