Saat Dosen Mengajar Murid TK, Begini yang Terjadi dan Dirasakan

Photo Author
- Jumat, 7 September 2018 | 19:55 WIB

DOSEN mengajar menjadi fenomena baru, namun akan memfasilitasi dosen untuk menghayati secara langsung menjadi “guru” di sekolah mitra. Karena itu Candrawaty yang sedang  mendapatkan tugas di Sekolah,penugasan Dosen di sekolah (PDS)  Di TK Aisiyah Kebayoran Lama Jakarta,Jumat (7/9 2018 ) menghayati dan menikmati pekerjaan 'baru' nya.

Meski jam sekolah seharusnya sudah masuk, Chandra membiarkan anak-anak bermain, berlari, bercanda. Bahkan dengan diiringi musik,anak-anak kemudian diajak senam sambil bernyanyi, menggugah rasa suka cita dipagi hari.“Kita buat suasana hati anak-anak gembira dulu, kita ciptakan suasana yang menyenangkan agar sekolah bagi mereka tidak menjadi beban,” kata Chandra  sapaan akrabnya.

Meski bernyanyi dan senam sudah dilakukan, beberapa anak masih nampak diam, pasif dan nyaris tanpa respon. Masih nampak menolak ditinggal orangtuanya. “Tidak apa, jangan dipaksa. Biarkan saja semua berlangsung hingga nanti anak-anak tertarik untuk ikut bergabung dengan teman-teman sebayanya. Disitulah kegiatan sekolah bisa dimulai,” lanjutnya.

Chandra mengatakan selama 8 kali terjun menjadi guru TK, pada akhirnya bisa memahami bahwa menjadi guru TK bukanlah hal yang mudah. Teori yang diperoleh di bangku kuliah, acapkali tidak ‘nyambung’ dengan kenyataan di lapangan. "Teori harus dikuasai memang benar. Tetapi saat praktik dilapangan, guru TK harus lebih felksibel dalam menghadapi anak-anak,” jelasnya.

Menjadi guru TK diakui membutuhkan kesabaran yang luar biasa dan rasa ikhlas yang tinggi, rasa sayang yang berlimpah. Tanpa itu semua, mustahil pembelajaran di TK bisa berjalan dengan baik.

Dia mencontohkan di TK, segala hal yang tidak boleh saja, harus disampaikan dengan sangat hati-hati. Misalnya dengan kata maaf, yang disampaikan dengan intonasi yang rendah dan bahasa yang lembut. Tanpa kesabaran, rasa sayang dan keihklasan, bisa jadi kata maaf yang meluncur dari mulut seorang guru bernada tinggi, cenderung kasar dan memaksa. Ini tentu sangat tidak baik.

“Kita tidak boleh langsung mengatakan jangan ya..kepada anak-anak. itu tidak baik, bukan cara yang tepat menanamkan karakter yang baik pada anak,” kata Chandra.

Selama 8 kali pertemuan, Chandra yang berkolaborasi dengan guru TK, benar-benar melibatkan diri dalam proses belajar dan bermain. Terlibat dalam proses pengajaran, menyiapkan alat edukasi, hingga membuat perencanaan dan berbagai kegiatan evaluasi.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: tomi

Tags

Rekomendasi

Terkini

AKS AKK Yogyakarta Wisuda 96 Mahasiswa

Minggu, 3 November 2024 | 09:53 WIB
X